9 Maret 2010

terima kasih

Terimakasih untuk setiap cerita yang telah lahir di tempat ini,
terimakasih karena telah menemani melewati hari-hari berat sepulang dari Spectacomm, Prasar, Grandlaunching, KomNite, dan Sarasehan Komunikasi kami.
Terimakasih untuk setiap ruangan yang hangat di mana kami bisa belajar bersama menghadapi UTS dan UAS
Terimakasih untuk acungan jempol saat kami memakai jaet kuning ini untuk pertama kali, dan tidak menjadi 'musuh' walau kami masih berstatus Maba
Terimakasih untuk cerita lucu yang bergulir saat mulai berkenalan, melewatkan puasa Idul Fithri, Natal, dan menjagai kucing-kucing kami.
Terimakasih untuk segala bentuk dukungan di sebuah kamar yang hangat, penuh sesak dengan barang, dan melindungi kami dari kepanasan dan kehujanan.
Terimakasih untuk segalanya dan menjadikan kami seperti sekarang ini...


Asrama, kamar e2 lantai 2 nomor 21
Fransiska Wuri Nugrahani
FISIP Ilmu Komunikasi UI 2009

3/7/2010
9:52 AM

H-2

Masalahnya hanya satu: aku terlalu melankolis dan semua ini menjadi beban bagiku...

Menapaki bulan ketiga di tahun 2010, bermunculan banyak sekali hal-hal yang sebelumnya tak pernah terpikirkan di benakku.
Serangan tugas bertubi-tubi dari dosen menyebabkan tak pernah sekalipun ada presentasi, review, resume, paper di minggu pertama ini. Shock jelas, ternyata mengambil 23 sks dengan pertimbangan ingin cepat lulus benar-benar melelahkan. Namun, sampai sekarang ini aku sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus karena telah banyak membantuku mengerjakan semua ini lewat bantuan compaq, dan tentu saja otak cemerlang teman-temanku.
Bukan hal yang aneh jika mahasiswa di term kedua dipadatii oleh banyak tugas, wajar, namun menjadi tidak wajar jika ada hal-hal lain yang benar-benar mengusik kedamaian hati belakangan ini.
Aku ingin membicarakan rencana kepindahanku dari asrama mahasiswa UI ke kosan.

Hampir satu tahun aku tinggal dan kuliah di UI. Banyak orang datang silih berganti, beberapa di antaranya pernah benar-benar menjadi pelita hati, namun seiring berjalannya waktu pelita itupun kini kian redup. Begitu juga yang kurasakan di asrama.
Tempat ini telah menjadi rumah keduaku setelah kota kelahiranku di Kudus. Di sinilah aku mulai merajut mimpi-mimpi bersama teman-teman satu nasib dan sepenanggungan karena kami sama-sama berasal dari daerah yang jauh.
Kini, pintu mereka tertutup rapat. Sepi, dan tak sekalipun kudengar suara yang biasanya memenuhi lorong dengan tawa, canda, ataupun banyolan tiap kali kami berpapasan di lorong. Hampir semua dari mereka telah pindah.

Hari ini sengaja aku meminta nomor HP mereka kepada salah satu teman di depan kamar. Namanya Ika, mahasiswi yang alim jurusan Geografi MIPA UI. Baru setelah sekian lama kami kenal, baru kali inilah aku meminta nomor HPnya.
Aneh ya, setiap hari bertemu, setiap hari menyapa, makan bersama, mencuci bersama, tak sekalipun kami pernah menanyakan nomor HP satu sama lain. Jangankan nomor HP, nama lengkappun aku tidak tahu. Baru setelah kami bertukar nomor HP dan menulis alamat FB, kami tertawa.
Sebuah keluarga tak butuh nama ataupun nomor HP sebagai formalitas. Yang ada di antara kami hanyalah sebentuk rasa kekeluargaan yang pasti akan senantiasa diberikan bagi siapa saja yang menyebut tempat ini 'rumah'.

Dengan banyak pertimbangan satu minggu ini, aku menetapkan untuk menyudahi saja tinggal di asrama dan mulai berkemas untuk pindah di hari Selasa depan.
Tahukah teman, perih sekali membayangkan bahwa tidak akan pernah lagi bisa tinggal di 'rumah' ini, dan sekeras apapun aku memaksakan untuk tinggal lebih lama, tempat ini sudah tidak bisa disebut 'rumah' lagi karena personilnya pun sudah tidak lengkap...

Jadi, biarlah orang-orang menganggapku membesar-besarkan masalah atau apa, mereka bilang aku melankolis boleh saja, namun yang pasti sense of belonging pada tempat yang kusebut 'rumah' ini benar-benar merasuk dalam diriku.
Seberat isi koperku nanti, seberat itulah aku meninggalkan tempat ini.

Namun, di sela-sela aku berkemas, tiba-tiba aku memikirkan ide gila nan brilian yang membuatku senang kembali.
Rencana gila itu adalah, suatu ketika saat aku benar-benar merindukan kamar ini, aku akan kembali dengan kunci duplikatku yang akan terus kusimpan. Rencana ini didukung penuh oleh sahabatku Sari Oktavia yang tiba-tiba juga merasa agak menyesal mengapa tidak terpikirkan olehnya juga untuk menduplikat kunci.

Jadi biar kuhitung, hari ini adalah H-2 aku akan pergi. (exhausting)~~~

Dear Lord,...

Lord Jesus, I believe You are the Son of God
Thank you for dying on the cross for my sins
please forgive my sins and give me the gift of eternal life
I ask You to my life and heart to be My Lord and Savior.
I want to serve You always...





-unknown-

Sad in Sat

Seperti baru kemarin sepertinya gue masuk UI dengan status sebagai Maba. Seperti baru kemarin aku tinggal di asrama...

Hari Sabtu, 6 Maret 2010
Hari kedua Java Jazz yang juga kulewatkan,
Hari libur yang menyesakkan hati...

Siapa lagi yang pindah setelah Lia, Arin, Mutia, Tiara, Pipit, Kak Yeni, dan Widy?
Besok Sari juga akan pergi dari tempat ini.
Siapa lagi???


Hari ini aku memberi toleransi pada diriku untuk melewatkan hari Sabtu dengan duduk-duduk di depan laptop nongkrong di MBRC. Sepulang dari sanalah aku tahu Tuhan menuntunku juga untuk menyusul mereka pindah dari asrama...

Hari ini, aku dan sahabatku Dikara Kirana melewatkan banyak waktu dengan berjalan kaki mengelilingi daerah Kober, Mergonda dan Barel. Tujuan kami juga cuman satu: Mencari kos-kosan.
Entah karena memang bukan jodoh, entah mengapa dari tiap rumah-rumah yang kami datangi, hampir semuanya menolak kedatangan kami. Penuh, full, atau sudah dibooking, begitu kata mereka.
Lucunya, di tiap rumah kosan yang kami datangi menuai kesan tersendiri.

Pondok 1 Kober: 'Murah' cuman 450 ribu ++ single rincian: pernah kerampokan sampai 3 orang.
Pondok 2 Kober: 'Murah' cuman 800 ribu++ berdua rincian: kamarnya sempit banget. Toiletnya OK sih, tapi terlalu sempit.
Pondok 3 Kober: 'Murah' cuman 370 ribu ++ single rincian: gak ada jendela. Gilak itu sumpek banget nyet.
Pondok 4 Kober: 'Murah' cuman 800 ribu ++ berdua rincian: orang-orangnya apatis dan banyak cowok yang keluar masuk.
Pondok 5 Kober: 'Murah' cuman 900 ribu ++ single rincian: NON AC. JDUAKKK!!
Pondok 6 Barel: 'Murah' cuman 900 ribu ++ berdua rincian: TOILET luar.
Pondok 7 Barel: 'Murah' cuman 800 ribu ++ berdua rincian: tempat tidurnya gede banget seperti ranjang pengantin.
Pondok 8 Barel: 'Murah' cuman 850 ribu ++ berdua rincian: kamar luas, tapi DP langsung 3 bulan. CETER!

Akhir dari hari ini adalah kami berdua memutuskan untuk menetapkan hati di pondok kedelapan. Entahlah, harusnya aku senang karena sudah dapat kosan, namun yang terjadi padaku hari ini adalah: aku ingin dipeluk ibuku, karena aku tak sanggup melewatkan segalanya ini sendirian.

(to be continued...)
Sad ending part #1