29 Oktober 2010

Seharusnya Gue Tahu Dari Awal…


Tahu apa?

Tahu bagaimana caranya membunuh perasaan suka sama orang.

Pernahkah lo suka sama seseorang, tapi sukanya yang banget-banget-banget?

But unfortunately ada suatu alasan lo ga bisa sama dia, atau kondisi ga memungkinkan lo sama dia itu pasti bikin hati jadi remuk. Gue sih bilangnya ancur.

Pernahkah, pernahkah?

Gue pernah.

Yah, ngelabil ke sana ke sini, satu atau dua bulan wajarlah..

Trus gue menemukan satu cara.

Bunuh diri? Bukan.

Ganti kelamin? Bukan juga. Itu aneh malah.

Cuma ada satu cara untuk membunuh perasaan lo itu.

BIKIN DIA BENCI SAMA LO.

That’s way I do for him.

I reject him.

In my eyes he always wrong.

… and it’s working.

Saat ini, gue masih jadi oposisi dia. Dalam hal apapun.

Paling nggak, sekarang, gue nggak lagi deg-degan kalo ketemu sama dia.

Di otak gue udah ter-mind-set dengan sendirinya.

Kalo dia bukan buat gue.

Dah, itu aja yang mau gue tulis.



(Love me, or hate me

But don’t separate me with your indifference…)

Thanks for reading, people!!


Pindahan... Pindahan…

17 Oktober 2010

Minggu pagi yang cerah..

Gue masih terpuruk di kasur kosan dengan air liur gue menetes di mana-mana. Hibernasi ini harus dihentikan!! Badan gue sakit semua karna nggak olahraga dari hari Jumat-Minggu dan hanya melewatkan weekend gue di kosan. Nonton DVD. Main games Mall-O-Polloza dan Farm Frenzy yang nggak tamat-tamat. Nonton klipnya Super Junior dan SHINEE yang bikin gue meler-meler. Badan gue rasanya remuk beneran karna itu semua. Oh Tuhan. Oh Tuhan.

Tetangga di kanan-kiri gue tampaknya tidak sedang berada di kosan. Sejak kemarin kosan begitu sepi. Tak tampak adanya kehidupan. Cuman gue, suara laptop gue, musik yang gue pasang, dan suara kran air gue yang masih hidup. Ah, rasanya pingin pulang ke rumah kakak deh sehabis UTS ini...

That’s the way I will do.

Pulang ke rumah kakak tampaknya adalah ide yang bagus.

Semoga setelah UTS terakhir di hari Senin ini, kuliah hari Selasa diliburkan. Rabu dengan kemungkinan libur dengan 3 mata kuliah sangatlah kecil. Namun bukan berarti tiada harapan. Semoga saja libur jadi gue bisa balik ke rumah kakak gue yang ada di Tangerang atau yang ada di Bekasi. Yeyeyeye...

Inget balik rumah kakak, inget juga gue sama kakak gue yang namanya Yuni yang mau pindahan rumah ke Jogja.

Kenapa Jogja gitu? Gue sih berharapnya dia pindah ke Bali atau Aussie gitu. Yang kerenan dikit kek, hahahah :D

Hmm, sayang banget sih kalo gue pikir-pikir. Rumahnya yang di Bekasi udah nyaman alias PW (posisi wuenak) banget. Bulan Desember tahun ini dia sama keluarganya mau pindah ke Jogja karena alasan pekerjaan. Hwhwhw.. itulah hidup. Tampaknya semua orang akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kesejahteraan hidup yang lebih baik.

Keputusannya untuk pindah itu dikarenakan suaminya mendapat tawaran pekerjaan yang lebih baik daripada sekarang dengan dilengkapi tunjangan dan fasilitas ini itu yang menggiurkan. Jogja memang bukan kota metropolitan seperti Jakarta sih, tapi cukup menyenangkan juga untuk ditempati.

Poin minusnya buat gue dengan kepindahan itu adalah:

1. Gue nggak bisa lagi nebeng pulang ke rumah kalo lagi lebaran atau liburan Natal.

2. Gue nggak bisa ber-weekend lagi di Bekasi.

3. Gue nggak bisa minta kupon creambath sama lulurannya dia di salon langganannya lagi.

4. Gue akan jarang lagi main-main ke Bekasi Trade Center, dan Mal Metropolitan karna partner belanja gue udah pindahan.

ARRR…

Poin plusnya kalo dia pindah:

1. Liburan nanti gue akan melewatkan waktu gue dengan backpack atau travel-pack ke Jogja dan bisa keliling Jogja sepuasnya tanpa harus takut di mana gue akan tinggal, dan makan apa gue ntar. Hihihi :D

2. Gue bisa nyoba naik pesawat untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup gue dengan turun pesawat secara anggun di Bandara Adi Soetjipto dengan banyak keluarga menantikan kedatangan gue hihihi :D *berasa artis*

3. Gue akan lebih sering ketemu ex-classmate gue yang kuliah di Jogja, dan reunian bareng.

4. Jarak pulang ke Ambarawa jadi lebih deket karena Jogja-Ambarawa cuman berselisih waktu 2 jam aja.

Ihiyy..

Semoga kakak gue cepet pindah deh, dan semoga UAS gue bisa dipercepat besok jadi gue bisa liburan lebih cepat juga.

Inget liburan ke Jogja, inget lagi liburan semester gue di Jogja bulan Januari lalu.

Gue bener-bener backpacking dan hidup layaknya ‘gelandangan’ di kota itu.

Nggak gelandangan juga sih. Maksud gue adalah hidup berpindah-pindah dari motel satu ke motel lainnya, dari kosan temen yang satu ke kosan temen gue yang lainnya. Hahaha..

Gue akan nyobain lagi, namun mungkin akan dengan variasi yang berbeda. Gue pingin naik ke Gunung Merapi, pergi ke 0 KM Kaliurang, pergi ke banyak pantai, dan jalan-jalan sampai Solo. Kalo dipikir-pikir tujuan utama gue dan keinginan gue buat melancong sih ke Bangka Belitung, namun kondisi dan keuangan gue sepertinya belum mengijinkan. Toh, gue yakin akan bisa pergi ke sana suatu saat nanti. Pekerjaan gue di masa depan seakan menjanjikan gue untuk itu ;DD

Jadi, semoga liburan musim hujan segera tiba!! (Gue pake kata musim biar kesannya Indonesia punya 4 musim kayak negara-negara Eropa hihihi)

Thanks for reading, anyway!!

A New Chapter ;D

Malam minggu, sama seperti malam-malam yang sudah terlewati kebanyakan. Gue menutup serangkaian aktivitas gue di hari Sabtu, malem-malem kayak gini, sepi, di kosan, dan suara yang masih gue denger adalah keyboard laptop gue yang berbunyi klik-klik dan kipas angin yang suaranya menandakan sudah lama tidak dibersihkan.

Gue menulis ini dengan mata super bel0 karna gue melewatkan hari ini tidur dari jam 11 siang dan baru bangun jam 6 sore. Dahsyat. Gue bisa ikutan nge-ronda sama mas-masan kosan di sepan sambil duduk-duduk ngopi, pake sarung, dan nonton bola..

Gue lagi labil, tapi nggak menye-menye. Nggak akan ada lagi malam menye-menye itu. Nggak akan gue setel lagi lagu-lagu yang ngingetin gue dengan seseorang yang suatu waktu di masa lampau pernah gue yakini bahwa he is just into me… sekarang, gue yakin, gue bisa move on dan hidup sebagai orang waras dan normal lagi… akhirnya..

Bagaimanapun, dia pernah sangat menyentuh hidup gue. Dia adalah laki-laki yang baik, namun sayang rasa sukanya hanya mengacu ke sebatas hubungan kakak-adik. Gue nggak akan bisa lupa senyuman dari lesung pipitnya, gue nggak akan melupakan kota Bogor yang diguyur hujan saat gue ke gereja bareng dia. Gue nggak akan bisa lupa. Gue sangat berterimakasih dia boleh menjelma sebagai guardian-angel gue di semester II yang lalu, dan mau nerima gue apa adanya.. Kini, saatnya gue bisa lepasin dia, seperti halnya lepasin semua perasaan yang gue pendam selama ini: kekecewaan akan ekspektasi yang berlebihan.. Gue cuma bisa mendoakan dia, agar selalu sukses di kuliah dan kehidupannya. Dia emang bukan buat gue, untuk itu gue berdoa buat dia agar nantinya dia bisa ketemu orang yang tepat. Ketemu orang yang pas…

Aneh. Perasaan untuk memandang masalah ini dengan ikhlas datang begitu saja di pertengahan bulan Oktober di mana hujan terus mengguyur Depok. Apa yang terjadi padaku? Bukankah dulu gue ngotot mempertahankan perasaan ini?

Entahlah. Waktu mengobati itu semua dengan kehadiran teman-teman dan keluarga yang selalu mendukung gue dalam situasi apapun.

Sekarang bukan saat yang tepat untuk memikirkan perasaan itu lagi. Sekarang adalah waktunya untuk belajar. Waktu untuk menikmati masa muda bersama teman-teman kuliah gue yang sangat asik… Cinta itu akan datang, PASTI. Tapi, sukacita adalah setiap hari. \(^^)/

Goodbye feelings

Semoga kamu baca tulisanku ini, Kak.. (^^)

Thanks for reading, people!!

Journey-listik :)


Suatu saat, gue pernah ditanya sama dosen. “Kenapa kamu pilih peminatan Jurnalistik di Komunikasi UI?” atau pertanyaan lain dari temen-temen gue, “Apa sih enaknya jadi wartawan?”

Gue cuman melambaikan senyum simpul.

Hmm, kenapa gue masuk komunikasi aja gue masih bingung. Banyak orang bilang, gue adalah mahasiswi cupu, kocak, dan cuek. Berbanding terbalik sama anak komunikasi kebanyakan yang berlabel BBB dan populer (Bohay, Blackberry, Behel, Belah tengah, dan BBB yang lainnya). Yap, gue emang bukan anak komunikasi UI yang seperti itu. Gue adalah anak komunikasi-jurnalisme.

Orang yang nggak tahu apa itu Komunikasi UI, mungkin mengiranya belajar komunikasi ya belajar ngomong. Mungkin sebagian besar dari mereka tahunya di Komunikasi UI cuman ada peminatan humas aja. Padahal, kami memiliki 4 peminatan lain yang nggak kalah seru. Ada periklanan, komunikasi media (Komed), industri kreatif penyiaran (IKP) dan jurnalistik :D

Tiap peminatan gue akui, dan semua warga FISIP mungkin, memiliki ciri atau karakter yang berbeda-beda. Kalo dari mata gue, pendapat gue, (iyalah secara ini blog gue gitu, gue bebas ngomong apa aja ;D) tiap peminatan punya plus-minus masing-masing.

Anak dari peminatan Komed tuh orangnya encer-encer. Bacaannya tebel-tebel, bisa semacam diktat, review, dan semua hal yang berbau teori yang diketik dengan font kecil-kecil, difotocopy pula. Hahaha:D walaupun begitu gue akuin emang sebagain besar anak komed memiliki kualitas analisa yang tinggi, dan kesannya ‘berat’ gitu. Ada beberapa mata kuliah di peminatan Komed yang menurut gue asik, dan mungkin akan gue ambil di semester depan, antara lain Riset Media, dan Kajian Film.

Periklanan beda lagi. Anak iklan digandrungi sebagian besar mahasiswa cowok. Mereka kebanyakan dituntut untuk bisa main sama Photoshop, Corel Draw, dan software editting lainnya. Anak iklan menurut gue pada pinter gambar dan ekspresif. Baju yang mereka pakai kadang unik dan casual banget. Nyantai, tapi kreatif.

IKP adalah peminatan yang baru di tahun 2009. Walaupun dibilang masih bayi, peminatnya nggak kalah banyak dengan peminatan lain. Anak-anaknya bawel semua, kebanyakan nonton film korea :D, dan bawa-bawa video recorder ke mana-mana. Walaupun begitu mereka sudah jago banget bikin film pendek dan menjadi trendsetter buat adik-adik junior mereka Komunikasi 2010 yang minat masuk ke IKP ini.

Terakhir, yang paling seru, yang paling kritis, tentu saja Jurnalistik.

Di sini gue belajar banyak hal dari mulai menulis-meliput berita, tata bahasa jurnalistik yang baik, menulis naskah berita TV, jurnalisme foto, sampai mata kuliah paling ‘dewa’ bernama etika jurnalisme. Kebanyakan pengajar kami adalah professor yang memiliki jabatan strategis di Departemen Ilmu Komunikasi dan memiliki peran penting dalam dunia jurnalistik tanah air. Beberapa di antara mereka bahkan menjadi ‘pembesar’ di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan untuk itulah anak jurnal nggak bisa diremehin begitu saja. Kami membaca koran hampir setiap hari, analisa perkembangan media masa juga setiap hari, menonton&membaca berita setiap hari, dan membuat esai tiap minggu. Hehehe :D

Emang sih, dari semua peminatan komunikasi yang ada di UI, kesannya yang muncul tentang Jurnalisme 2009 adalah orangnya cuek sama penampilan, kucel, cupu, dan nggak semenarik Humas. Itulah yang membedakan kami. Kami bangga akan itu.

Gue pribadi sih nggak pusing mikirin penampilan. Yang penting adalah ketika kami kuliah, kami nggak BB-an di dalam kelas, dan nggak sibuk benerin tata rambut atau make up. Kami belajar. Otak adalah segala-galanya, benar begitu bukan?

Baru dari sini, gue bisa bilang kalo masuk UI, Ilmu Komunikasi, dan Jurnalisme, adalah sebuah panggilan. Bukan karena ikut-ikutan teman. Itulah alasannya…

Cukup puaskah? Cukup menjawab pertanyaankah? Hahaha ~,<

Thanks for reading, anyway!