10 Februari 2010

PACARAN

Selasa pagi yang cerah namun agaknya aku terbangun terlalu siang karena semalam bergadang di kamar kost an temanku Nurul Utami yang letaknya di Gang Sawo dekat stasiun UI itu. Kemarin sangat menyenagkan. Pulang kuliah sekitar pukul lima sore aku beranjak dari asrama membawa tentengan berupa pakaian untuk menginap. Yay! Selain ingin menginap menjajal seberapa nyaman kosan yang ditempatinya, aku juga tertarik dengan ajakannya makan pempek Palembangnya itu. Hahaha...
Jadi, semalam kami mengobrol banyak hal, bercerita ini-itu, bergosip, diselilngi dengan menikmati pempeknya yang lezat itu kami tak sadar bahwa pada pukul dua pagi kami bahkan belum beranjak tidur. Dengan mata yang protes ingin tidur tapi mulut yang seakan tak ingin berhenti bercerita, kami tidur dengan pulas.
Pagi-pagi sebelum berangkat kuliah bersama, aku sengaja menelepon Ibuku dan memberitahunya bahwa aku baik-baik saja. Inilah potongan percakapan kami:

Ibu: Masih di tempat temanmu? Kuliah jam berapa?
Aku: Masih. Ini mau berangkat kuliah.
Ibu: Oke, eh ibu mau ngomong penting.
Aku: ??
Ibu: Kamu itu kalo ke kampus buat kuliah pake bajunya yang matching.
Aku: Hah??
Ibu: Iya, sekali-kali dandanlah. Kapan kamu pacarannya kalo ke kampus aja nggak cantik.
Aku: (Alamak) Ya ampun, Ma...
Ibu: Memang kenapa?
Aku: Ibu mau aku pacaran ya? Hahahaha (aku tertawa ngakak. Nurul pun juga, karena saat itu HPku kusetting loudspeaker)
Ibu: Kok malah ketawa??
Aku: Ya ampun, ya udah besok aku pacaran. Nanti malam jadian. Puas??
Ibu: Lhoh, kok gitu? Emang udah ada?
Aku: YA ENGGAKLAH. Kalo ibu mau aku cepat pacaran, ya gapapa itu wajar. Nanti aku jadian sama orang biar ibu puas.
Ibu:Sama siapa?
Aku: Tau dah sama siapa, hahhaha (aku tertawa ngakak lagi)
Ibu: (Tertawa)
Aku: Tenanglah bu, nanti juga ketemu...


Aku masih suka cengar-cengir sendiri kalau ingat pembicaraan kami ini. Lucu.
Aku sangat paham bagaimana Ibuku itu. Lebih tepatnya perasaan seorang Ibu yang mempunyai anak seperti ini. Entahlah, aku tidak tahu bagaimana asal-muasalnya. Kupikir aku ini dilahirkan dan tumbuh dengan idealisme yang tinggi. Kuakui itu. Pernah suatu ketika ada laki-laki yang menyatakan cinta padaku tapi kutolak, namun pernah juga aku memendam perasaan kepada orang lain namun sayangnya perasaan itu tidak tersampaikan. Begitu terus sampai rasanya aku bosan.

Pacaran??

Bagaimana ya,... kadang jika kupikir benar-benar, aku mempertanyakan hal itu juga. Perlu nggak sih gue pacaran? Kapan tepatnya gue pacaran? Haha konyol. Yah, sebagai manusia biasa manusiawi jika suatu ketika aku memang merasa sangat kesepian, membutuhkan orang lain, terlebih jika melihat sepak terjang teman-temanku yang lain yang sudah punya pacar. Agak iri iya, mupeng jelas.
Namun, aku kembali mencoba mengoreksi diriku sendiri. Apa yang bisa kudapat dari pacaran itu sendiri.
Oke, selain kita nantinya bakal punya a shoulder to cry on and relay on, kita juga punya teman atau pasangan hidup. Kemana-mana ditemenin, dismsin, diteleponin, ada yang merhatiin.

Tapi gue bener-bener bingung sekarang,,, bagaimana kalau sekarang ini aku punya lebih dari sekadar pacar?
Kupikir teman-temanku adalah orang-orang luar biasa yang sangat memperhatikan aku, menyayangiku, dan kami sering mendukung. Apa aku juga masih butuh pacar??
Haha...

Gue nulis ini pagi-pagi, setelah ditelepon nyokab lagi yang mempertanyakan kapan gue bakal pacaran. Sumpah ya, lucu dan geli banget dengernya. Ada orangtua yang bahkan protect sama anaknya dan nggak ngebolehin anaknya pacaran, orang tua gue malah nyuruh-nyuruh anaknya cepet pacaran. Hahaha...

di akhir pembicaraan kami, gue cuman bisa bilang:
"Ma, sekarang ini Siska cuman mau konsen sama kuliah dulu. SKS semester ini banyak. Yah, gampanglah jodoh itu. Tuhan udah ngatur apa yang terbaik buat umatnya. Percaya deh, suatu saat nanti Siska baal ketemu sama orang yang bener-bener bisa ngertiin aku, dan begitu juga sebaliknya. Bukan karna nggak punya pacar jadi kiamat, kan?? Percayalah banyak hal di dunia ini yang lebih berharga untuk dikejar. Soal jodoh, pacaran, soulmate itu, apapun, biar waktu yang jawab. OK??"


Gue percaya, someday gue bakal bisa ketemu sama orang yang baik, ngertiin gue apa adanya, bisa saling mendukung dan yang paling penting adalah gue yakin orang yang nanti cocok sama gue adalah orang yang bisa menjadi pendengar yang baik karena bagaimanapun gue ini bawel dan dia pasti tahu bagaimana mengatasi cewek yang bawel kayak gue ini. Yap, so do I. Amin!




My Close Friend

Today I found a friend,
who knew everything I felt

She knew my every weakness
and the problem I've been dealt.
I went to hold her hand
to pull her a bit nearer
and realized that this perfect friend I found
was nothing but my mirror.

-unknown-

the BEST!

the best KING is THINKING
the best WEALTH is HEALTH
the best CURE is CARE
the best CULTURE is AGRICULTURE
the best ISM is PATRIOTISME
the best CITY is SIMPLICITY
the best FARE is WELFARE
the best EXISTENCE is CO-EXISTENSE
the best SHIP is FRIENDSHIP
the best LOVE is TRUELOVE
the best DAY is TODAY
the best character is life, power, true holliness, without transfering character packing the brain with information can only result

in damaging it.

Lots of love,


-------------------

(unknown)

Menyibukkan Diri

Hmm... seusai spectacomm, prapekom, komnite, prasar, dan akhirnya SAR--pelantikan angkatan komunikasa 2009 resmi menjadi anggota HMIK (Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi) yang berjumlah 72 orang, gue jadi bingung mau ngapain sepulangnya kuliah dari kampus.
Dulu ya, gue dan temen-temen hampir dipastikan ada masa bimbingan alias ospek selama satu semester yang benar-benar menyita waktu. Hampir tiap hari dan sepulang kuliah kami berkumpul bersama untuk mabim bersama senior 2007. Namun, karena kini kami telah lulus SAR dan menjadi anggota HMIK, secara otomatis masa bimbingan yang selama 1 semester itupun usai. Banyak dari temen-temen gue yang udah melalang buana ke BEM UI, BEM FISIP, kerja parttime--sampai kagak pernah kelihatan waktu di kampus--dan ada dari mereka yang sengaja gak lagi ngekos, dan lebih memilih untuk pulang pergi kampus-rumah.
... eng-ing-eng... dan gue lebih memilih 'nyampah' di kampus. Hahaha
'Nyampah' adalah istilah dari anak-anak yang mengartikannya dengan kalimat 'melewatkan hari-hari di kampus, duduk-duduk, kongkow-kongkow, nongkrong di takor, menggosip, safari kantin ke fakultas lain, atau bahkan hanya sekedar browsing dan mojok di MBRC'.
Entahlah, di saat orang-orang berpusing-pusing ria ke sana-kesini ngurusin ini-itu dalam kesibukan mereka, gue lebih sering bengong di kampus, hahaha useless. Gue butuh waktu paling nggak seminggu bahwa gue bukan lagi mahasiswa semester satu yang kental dengan istilah maba dan ospek, gue adalah mahasiswa semester dua! Hahahaha!

gue masih bingung mau pilih kesibukan apa. Sumpah, kalo mau ikut oprec, voluntary, seminar, workshop atau pelatihan soft skill di FISIP apalagi di UI tuh sumpah ya banyak banget, tiap hari bisa aja ada acara seru yang sampai-sampai kita nggak tahu kapan, di mana, apa, karena kebanyakan mading, brosur yang ditempel di sana-sini.

So, semester genap di mana gue ambil 23 sks yang bener-bener penuhin jadwal kuliah gue, gue putusin (akhirnya setelah yoga tiap hari dan bersemedi di kamar mandi) buat daftar FISIPERS, lebih aktif di organisasi keagamaan Katolik bernama KUKSA FISIP, dan setingkat UI bernama KMK UI.
Gue cuman bisa berharap dengan gue ikut organisasi kayak gini, gue bisa belajar tahap demi tahap sebelum pada akhirnya gue eksis dan aktif di ruang lingkup organisasi yang lebih besar.

dan, kayaknya jadwal kuliah musti gue atur lagi karena banyak yang bentrok sana-sini... --"

Jangka vs DIkara Kirana

Lagi dan lagi,
gue pingin cerita tentang sohib gue yang ajaib bernama Dikara Kirana.
Hahaha, hidup bersama dalam satu lorong, ke kampus bersama setiap hari, teman sepermainan, dan sama-sama kumpulan orang yang tertolak bikin gue pingin cerita hal-hal yang lucu dari dia.

Gini, suatu malam Dika tidur bareng sama gue. Dia bilangnya sih lagi takut gitu (Dika ini orangnya sumpah ya penakut abis), oke jadi dengan agak berat hati gue ngijinin dia buat tidur di kamar gue (otomatis dengan beberapa rules yang harus dia taati).
Enaknya kalo tidur sama Dika, gue bisa sekalian curhat, dan entah mengapa malam itu kami malah gak tidur-tidur karena keasyikan cerita. Malam itu Dika bercerita tentang masa kecilnya yang bisa dibilang 'nakal'.

Suatu ketika di saat ia masih duduk di bangku SD, di suatu hari yang cerah di mana sangat jarang terjadi kedua orangtuanya menjemputnya ke sekolah. Jarang sekali kedua orangtuanya bisa bersama-sama menjemput putri pertama mereka itu. Namun, masalahnya adalah ketika pada akhirnya kedua orangtuanya bisa datang menjemput Dika, di saat itulah mereka harus melihat putri pertama mereka itu sedang dihukum oleh gurunya.

Gue : "Lo dihukum? Emang lo habis ngapain dik?"
Dika :" Nusuk temen gue pakai jangka."
Gue :" HAH??"
Dika :~~~
Gue :"Nusuk apanya?"
Dika : "Gusinya."
Gue : (ngakak)


Oke, dan sepanjang malam itu perut gue sakit tiba-tiba karena tertawa terlalu keras dan gak berhenti-henti. Mungkin gue kena kejang perut atau apa. Yang jelas sakit betenya Dika ngelihat gue ketawa sambil nangis-nangis (lhoh?) dia beranjak tidur duluan. HAHAHA
Waktu gue masih setengah sadar, gue sontak kaget dengan apa yang baru saja gue denger. MAka dari itu gue ngericek lagi.

Gue :" Dik, jangka itu yang ada jarumnya ya?"
Dika :"Iye."

OMG, sedari tadi gue mikinya jangka adalah busur. Jadi, setelah bener-bener nyadar kalo jangka adalah jangka, alat untuk membuat lingkaran yang ada pensil dan jarumnya yang runcing, malem itu gue ketawa lagi. HAHAHHA

Mbah Madi

Liburan semester satu yang lalu gue habisin di sebuah kota bernama Ambarawa. Sekadar info saja, Ambarawa adalah sebuah kota di kabupaten Semarang. Hawanya sangat sejuk dan masih bernuansa pedesaan. Ambarawa adalah kota di mana kakak pertama gue dan keluarganya tinggal. Rumah mereka sama halnya seperti dengan pondok di villa, yang jika kita menengok ke belakang, kita bisa melihat pegunungan, sawah, dan semua hal yang masih berbau 'desa'.
Hari itu, sedang tidak ada kerjaan, aku dan keponakanku yang bernama Natalia hanya bermain di teras rumah. Saat itu kami bertemu dengan kakek yang baik hati bernama Mbah Madi.

Mbah Madi adalah tetangga kami, dia bekerja sebagai petani di sawahnya. Umurnya bisa dibilang sudah uzur, hampir 70 tahun. Namun raganya masih kuat, dan ia masih sanggup untuk bekerja di sawah setiap hari, menanam tumbuhan dan merawat peliharaannya.

Dialah penyelamat hidupku ketika aku hampir mati tenggelam kurang lebih delapan tahun yang lalu.

Long time ago, when I was young and crazy...
saat itu adalah hari paling cerah di musim kemarau. Dengan polosnya, gue dan Natalia pergi ke sawah untuk bermain-main. Mungkin saat itu Lia masih duduk di bangku SD kelas tiga SD, sedangkan aku sudah di kelas 6. Kami berdua bermain di pematang sawah. Berlari-lari kecil mengejar capung, menangkap kodok, dan semua itu kami lakukan dengan segenap kepolosan hati.
Akulah yang pertama kali melihat sebuah benda aneh. Benda itu adalah bohlam lampu yang mengambang di sungai. Waw, lucu sekali pikirku. Lalu, tanpa pikir panjang aku meraih batang kayu dan kuarahkan ke bohlam lampu itu.

Apa yang terjadi?

Aku tercemplung.
Sulit bagiku untuk menceritakan hal ini kembali. Hampir aku menelan penuh air di sungai yang kukira dalamnya hanya berapa cm, dan saat itu aku masih pendek sehingga sungai yang dalamnya hampir 2 meter itu membuatku hampir mati.

Lalu, datanglah Mbah Madi itu. Kusadari ia turung untuk menyelamatkanku. Dia tentu saja bisa berenang, dan ia meraih tubuhku dan membaringkan di tanah.
Untungnya kondisiku tidak parah. Aku masih bisa melihat, dan kusadari bajuku semuanya basah dan berwarna lumpur.

Oh Tuhan, kulihat keponakanku berwajah pucat karena melihat tantenya yang ceroboh ini hampir mau mati. Mbah Madi kemudian menyuruh kami pulang cepat, dan ia sendiri yang berjanji bahwa tidak akan membicarakan hal ini kepada orangtuaku.

Kami kemudian terbirit-birit pulang, masuk lewat pintu belakang yang langsung tembus kamar mandi, dan saat itu baju yang kupakai benar-benar kotor.
Malamnya, saat aku dan Lia beranjak tidur bersama, kami berdua terbahak-bahak karena peristiwa tadi siang yang benar-benar memalukan. Hahaha
Terimakasih Tuhan, karena mengirimkan penyelamat yang baik hati bernama Mbah Madi Hehehe (*v*)