29 November 2009

Dosen Ilmu Komunikasi dan Mati Rasa

Mbak Kiki, salah seorang dosen Pengantar Ilmu Komunikasi suatu saat di dalam kelas berkata demikian, "Saat seseorang tengah jatuh cinta maupun tengah dilanda patah hati, saat itu juga ia adalah seorang pujangga terhebat di dunia."
Aku sangat setuju dengan kata-kata beliau.

Lalu bagaimana dengan orang yang sedang mati rasa seperti aku?
aku bingung ke manakah perasaan ini kubawa...

Oke aku benar-benar mati rasa sekarang.
ARRGHHHHHH, DAMN!

All or Nothing at All (O-Town)

I know when she's been on your mind
That distant look is in your eye
I thought with time you'd realize
It's over over
It's not the way I choose to live
And something somewhere's got to give
As sharing this relationship gets older older
You know I'd fight for you
But how I can fight someone who isn't even there
I've had the rest of you now I want the best of you
I dont care if that's not fair

Cause I want it all
Or nothing at all
There's no where left to fall
When you reach the bottom it's now or never
Is it all
Or are we just friends
Is this how it ends
With a simple telephone call
You leave me here with nothing at all

There are times it seems to me
I'm sharing you with memories
I feel it in my heart
But I don't show it show it
And then there's times you look at me
As though I'm all that you can see
Those times I don't believe it's right
I know know it

Don't me make me promises
Baby you never did know how to keep them well
I've had the rest of you
Now I want the best of you
It's time for show and tell


Cause you and I
Could lose it all if you've got no more room
No room inside for me in your life
Cause I want it all
Or nothing at all
There's no where left to fall
It's now or never

24 November 2009

Gaun Pesta Yang Bodoh

Saat aku sedang menyukai seseorang, di saat itu lah aku merasa diriku ini cantik...

Anak perempuan selalu diistilahkan sebagai kaum feminis.
Aku tidak setuju dengan sebutan itu. Karna aku ini perempuan yang tomboy. Di dalam isi lemariku, lebih banyak ditemukan celana jeans belel, kaos oblong, dan jaket. Aku tidak punya sehelai rok saat ini, dan kemrin aku baru saja membuat keputusan terbesarku yaitu dengan membeli gaun.

Gaun?
Ya. Gaun.
Gaun itu kupakai saat Kom Nite, dan aku suka sekali warnanya.
Aku merasa saat memakainya, aku menjadi The Purple Lady.
Saat aku mencari gaun itu, yang kupikirkan hanya satu, yaitu: apa yang akan dipikirkan orang itu jika melihatku yang tomboy ini memakai gaun.
Ketika sampai di asrama, aku baru menyadari bahwa membeli gaun adalah hal gila yang pernah kulakukan. Ada dua alasan: Pertama, itu karena gaun itu hanya akan kupakai pada acara-acara tertentu. Yang kedua adalah, sepertinya orang yang kusukai ini tidak akan pernah melihatnya, karena ia belum tentu mau melihatku dan belum tentu kami akan bertemu dalam acara seperti ini.

Entahlah, sikapnya saat ini menjadi dingin, dan kami berdua seakan terpisah dari jurang yang lebar yang tidak mungkin dipersatukan.
Entahlah, aku aku hanya ingin dia tahu bahwa apapun yang kulakukan aku akan tetap memikirkannya.

Oke, dan sekarang gaun itu berbau rokok.
Parahnya, ibuku tahu aku semalam pergi ke klub.

CLUBBING? Hmm... that's not my style.



Clubbing? Hmmm i don't think so...
Apa kamu pernah pergi ke klub dan menghabiskan waktu malam mingguan mu di sana?
Apa kamu suka dengan menari di bawah lampu dansa dan tenggelam bersama dentuman musik dj?
Hmm... aku tidak merasakannya sama sekali.
Clubbing bukanlah gayaku.
Aku suka musik, tapi aku tidak menyukai clubbing.
Pernah suatu ketika aku mencoba untuk pergi ke klub bersama teman-teman satu jurusan.
Hah, saat itu aku berpikir bahwa itu adalah clubbing pertamaku dan terakhirku. Aku tidak mau lagi.
Sebenarnya tidak ada yang aneh jika kita mengunjungi klub malam, kadang kala menghabiskan waktu malam minggu yang sepi di sana. Yang tidak aku suka hanyalah keramaian, bau asap rokok, dan suara musik yang keras yang membuatku tidak bisa tenang.
Yang kuinginkan saat ini hanyalah sebuah ketenangan, kedamaian, di mana aku bisa melarikan diri dari semua masalah yang menghujamku, aku ingin bersembunyi dari semua kemunafikan dunia yang berada di sekelilingku. Aku tidak pernah berpura-pura menjadi suka pada apa yang sebenarnya aku tidak suka. Jadi, kutekankan lagi, AKU TIDAK SUKA CLUBBING.
Tidak ada yang salah dan terlihat negatif dengan pergi ke klub, namun jika itu memang bukan gayamu, tolong jangan paksakan diri,...

Three Things You Don't Know About Me:



1. Saya itu tergila-gila pada kopi!
2. Jangan bilang saya tomboy, karena saya sangat suka menghabiskan waktu di salon.
3. Di balik hingar bingar dunia komunikasi, sebenarnya saya sangat menimati kesendirian.

22 November 2009

My Inspire Pals: M. Ardilas Dony Amarila

Beberapa minggu terakhir ini, gue melakukan 'ritual' yang cukup sama. Di akhir minggu, gue menelepon orang yang sama. Tak lain tak bukan, adalah M. Ardilas Dony Amarila.

Dia itu ketua kelas gue jaman SMA. Sekarang dia kuliah di AA YKPN Yogyakarta jurusan Manajemen. Nggak ada yang spesial dari Ardilas saat SMA. Yang jelas orangnya TE (tanpa ekspresi), banyak duit (karna bokapnya kaya), dan suka banget main basket. Jaman SMA dulu, anak-anak sering ditraktir sama nih orang, karena dia hobinya juga ke koperasi siswa buat jajan. Sebagai seorang ketua kelas, Ardilas termasuk tipe pemimpin yang plin-plan, payah banget deh (hahaha *piss), dan lebih banyak becandanya dari pada serius. Tapi orangnya asik buat ngobrol.

Well, gue nggak berharap banyak dengan nelpon nih orang bakal dapet wangsit atau apa, yang jelas saat itu gue nggak lagi nggak ada kerjaan, daripada bengong gue nelpon dia, dan nyambung!

Ternyata ardilas yang dulu gue kenal, sama Ardilas yang sekarang itu beda banget. beberapa menit saat gue ngobrol, dalam hati gue bertanya-tanya apa bener ini ketua kelas gue si anak taekwondo itu? Atau gue salah sambung? Karna yang gue dengerin dari mulut ardilas ini sesuatu yang beda banget, yang nggak gue sangka bisa keluar dari mulut seorang pemboros bernama Ardilas.

Ardilas bercerita bahwa saat itu ia bekerja part time di sebuah restoran seafood di Yogyakarta dari sore menjelang pagi hari sebagai seorang pelayan. Dalam seminggu, ia bercerita, bisa dibayar 100 ribu. Jika dihitung perbulan, kira-kira pendapatannya berkisar 400 ribu, namun belum dipotong ini-itu. lalu gue jadi bertanya-tanya dengan apa dia bekerja, karna setahu gue, dia nggak bisa naik motor, dan gue kaget setelah dia bilang kalo dia kemana-mana naik TOYOTA YARIS.
Buset!!
"Lo jadi pelayan di restoran kecil, tapi kemana-mana lo naik YARIS? Buat apa lo kerja kalo gitu..." gue cuman bisa termangun. Lucu.

Dan dari situ gue tahu kalo ardilas sudah banyak berubah. Pertama, sejak awal kuliah dia nggak satu sen pun minta uang sama bokapnya-yang kaya itu- buat biaya makan. Ardilas cuma minta orangtuanya buat support dia biaya kuliah. Dia pingin mandiri, dan untuk itulah dia bekerja. Soal mobil, kata dia itu cuman jadi sarana karna dia masih trauma naik motor.

Ardilas? Mandiri? bisa cari duit sendiri? ini adalah pertanyaan besar gue di hari itu.

Minggu depannya, gue telpon cowok mata sipit ini lagi. gue jadi penasaran sama kehidupannya di jogja, dan benar,.. dia punya cerita yang berbeda.

Sekarang ardilas sudah pindah kerja. sekarang dia kerja menjadi pelayan di Mini Market Circle-K di daerah condong catur, namun dengan gaji yang berbeda; 800 ribu perbulan.
Waaa... gue mupeng berat!
Tapi ardilas bilang, dengan kerja kayak gini dia harus ngurangin tidur, karna siang dia masih kuliah, tapi malem sampai paginya dia musti kerja parttime lagi. dia bilang kalo mobil bokapnya juga udah dibalikin-itu bencana buat gue yang pingin nebeng bulan Januari nanti- soal kuliah, dia bilang fine-fine aja, dan malahan ngaku lebih rajin saat kuliah ini daripada jaman SMA dulu. dia bisa kerjain tugas-tugas kuliahnya waktu subuh.

Yang bikin gue kaget lagi adalah ketika dia bercerita tentang kesehariannya, bahwa ia tinggal di kost yang murah, sempit, dan orang-orang lebih mengenalnya sebagai anak daerah yang bokapnya hanya seorang buruh bangunan -what the hell is that!? bokapnya seorang bussinesman!!!- dan saat ini Ardilas mengaku sedang mengejar seorang gadis.

Waa.. gue salut banget sama dia, karna dia tidak menunjukkan identitas aslinya dia kepada cewek yang disukainya itu. "Biarlah dia suka sama gue yang apa adanya ini. baru kalo bener-bener cocok, gue bakal jujur sama dia, sis..."
Ceweknya itu bernama Evi. Oh Evi, betapa beruntungnya dirimu.

Oh ya, Ardilas juga punya keinginan suatu saat nanti kalo dia punya modal, dia bakal bikin warung nasi goreng. katanya dalam waktu dekat akan dibuka, ahahaha keren...

Saking salutnya gue sama temen gue yang bernama Ardilas ini, satu notes ini gue tulis buat dia yang udah kasih gue inspirasi besar buat terus usaha. Two thumbs up, buat kemandirian dan kesabarannya Ardilas! Beda banget, nggak kayak lo yang dulu... Sukses ya, las!!!

Ada Aku di Jok Belakang Bus Kuning Itu...





"Cara terbaik menikmati sesuatu adalah ketika kau menyukai masa-masa itu dengan sepenuh hati..."


Kadang ada spot-spot di kampus yang viewnya bagus banget, bisa bikin teduh suasana hati yang lagi kacau. namun, ada juga satu spot yang bisa bikin gue enjoy banget kalo gue bisa di sana hari itu.
spot itu adalah jok paling belakang sebelah kanan bangku bis kuning...

Tiap hari kalo mau berangkat ke kampus, gue biasa nunggu bis di halte asrama. Karna yang nunggu bikun itu banyak, nggak jarang gue musti sikut-sikutan sama anak-anak lain.
Tapi bener deh, rasanya ada kepuasan sendiri kalo bisa duduk di sana. Tempat favorit gue sepanjang masa setelah kamar gue di lorong E2...

Kalo duduk di spot itu, rasanya gue jadi kayak anak UI banget (whahaha lebay), nggak tahu sih, rasanya kalo duduk di situ, gue bisa melihat kampus UI di balik kaca jendela sebelah kanan, dan bisa juga lihat UI di depan (kalo nggak lagi penuh orang), dan dari situlah gue kadang punya ide gila ini-itu yang kadang bikin gue cengengesan beneran di dalam bis kalo lagi in (lama-lama gue malah jadi gila beneran), trus gue kalo duduk di sana bawaannya jadi pengen denger lagu Genderang UI (secara gue naik bikun kaya sesi touring kampus, ahahah payah!).
Jadi, doa gue tiap pagi adalah memnita sama Tuhan agar bisa duduku di jok paling belakang. sumpah deh, lo mesti coba, asik banget!

Weekend KUKSA FISIP 13-15 November 2009



Ahaha akhirnya aku bisa weekend! Keluarga Umat Katolik Civitas Akademika (KUKSA) FISIP UI ngadain acara weekend bertema Fellowship di Ciawi Bogor.
Yang dateng lumayanlah.. cuman yang kurang hanya kak Frans yang jago gitar dan suaranya yang bagus itu nggak bisa dateng karna mau lomba Paragita. Huuu... sebel..
Dinginnya Bogor menjemput kami begitu sampai di Villa Swastika yang modelnya seperti rumah panggung. Hore! Kami akan menginap bersama! Setelah perjalanan yang panjang dari wisma SY-Stasiun UI-Kereta Ekonomi AC yang berjejalan-Stasiun Bogor-Angkot akhirnya kami bisa melepas lelah. Yang bikin heran adalah ketika Kak Bobby senior Kom 07 sekaligus ketua angkatan Kom 07 itu ikut ke acara ini. Huh, serem banget...
Setelah agak gugup mengetahui Kak Bobby ikut, kami angkatan 2009 disambut oleh kakak-kakak dari angkatan 2008-2007-2006 bahkan alumni. Malam itu hanya diisi oleh perkenalan, bincang-bincang, main kartu, dan nuansanya jadi agak dag-dig-dug karena ada Kak Bobby di dekat kami.
Sebenarnya kak Bobby tuh baik kok, cuman posisinya dia di prasar Komunikasi yang masih aku jalani ini adalah sebagai Front Man. Jadi agak-agak takut gimanaaa gitu, bisa-bisa kelakuan kami yang aneh-aneh bisa mengurangi poin angkatan kami.
Namun, semua yang kupikirkan itu ternyata salah besar! Kak Bobby sangat humoris, agak selengekan (memang), namun baik hati. Walaupun tangannya yang baru saja dioperasi itu masih terlihat sakit, ia mau membantu kami semua mengangkat barang sampai ke kamar. Oh baiknya...
selama tiga hari itu kami diingatkan bahwa tidak ada asas senioritas di weekend ini, dan itu ternyata asyik mengetahui bagaimana keseharian senior yang sangat jauh berbeda seperti yang biasanya ia lakukan di kampus. Di sana aku dan teman-teman (Komunikasi terutama hehehe) mengetahui bagaimana kebiasaan-kebiasaan senior yang unik, lucu, norak, bahkan di luar dugaan sekalipun.
Bagian yang paling kusuka adalah ketika di sebuah dinding terdapat amplop yang ditulis nama kami satu demi satu. Amplop itu digunakan untuk mengirim salam satu dengan yang lain. Di akhir weekend ini aku mendapat banyak momo kecil dari senior dan teman-teman KUKSA satu angkatan. Itu sangat berarti bagiku yang termasuk orang melankolis ini. Hehe, ada juga memo dari Kak Boby yang kayaknya nggak niat buat nulis. Ha ha! Saat ini memo dan amplopnya itu masih kusimpan, biarlah itu mengingatkanku untuk lebih bisa melayani Tuhan dengan sepenuh hati di KUKSA FISIP, dan kurasa aku tertarik menjadi KorFak KUKSA periode selanjutnya... Aminn..

aku bersyukur karena dengan ikut weekend rohani ini, saku bisa:
1. Lebih dekat dengan Tuhan, aku bisa mendapatkan pemecahan dari masalahku.
2. Bisa main ke kota seindah Bogor.
3. Berkumpul teman satu iman.
4. Dapat mengetahui apa kebiasaan senior di luar kampus.
5. Menjadi bagian dari KUKSA FISIP UI.

Weekend KUKSA FISIP UI; Let's be friend, make a friend, and bring a friend for Jesus Christ!

19 November 2009

Just CALL

Call me when you are down
call me when you need someone
call me when it hurts
call me whenever...
Cause you know I'll always be there.

-unknown-

Percayalah, Kita Selalu Punya Kesempatan Kedua...

Hari ini aku menyadari benar bahwa di dalam hidup ini masih ada kesempatan kedua. Aku menyadarinya ketika dalam perjalanan pulang ke Bekasi naik kereta api ekspress pukul 16.30 dari stasiun UI. Sejujurnya ini adalah kereta api ekspress perdanaku. Bukan karna ingin menikmati ekspress atau apa, tetapi lebih karena aku dikejar waktu. Di dalam pikiranku hanyalah betapa aku ingin bisa cepat sampai. Jadi kubelilah tiket seharga 9000 rupiah ini.
Tak berapa lama, the polar ekspress itu tiba. Cepat-cepat aku berjalan menuju gerbong, dan kutanya lagi pada seseorang wanita paruh baya-memastikan bahwa ini benar-benar kereta ekspress dari pakuan Bogor- Namun, ia malahan bersikeras bahwa ini kereta ekonomi AC. Dia memperlihatkan tiketnya padaku, dan aku ragu.
Kubalik badan dan berlari-lari kecil ke arah bapak-bapak penjaga stasiun itu. "Iya itu ekspress." katanya. Oke, aku siap naik.
Tetapi, apa yang kemudian terjadi adalah pintu kereta itu tertutup. Oh Tuhan... Aku ketinggalan kereta...

Pernahkah dirimu merasa ada saat-saat yang baik untuk menerima hal-hal baik namun tidak kau sadari sebelumnya, dan malahan kau membiarkannya saja?
Itulah yang kurasakan kemarin, betapa gondoknya ketinggalan kereta karena kebodohan kecil yang membuatku harus menunggu 30 menit kemudian.

30 menit kemudian kereta ekspress terakhir itu datang dan aku bergegas masuk. Syukurlah, i'm inside! Dari waktu itu aku sepakat untuk menulis tentang hal ini, sejujurnya kesempatan kedua pasti akan ada. Namun, kejadian dan waktu tidak akan pernah sama.

Petang itu kuhabiskan di dalam kereta ekspress dengan mengecat kuku dan mendengarkan musik. Lalala~~~ tidak kupikirkan lagi hal-hal yang buruk hari ini. Aku hanya ingin menikmati kesempatan kedua dan tertidur di dalam kereta.

Kereta berhenti perlahan.
Aku masih mendengarkan musik.
Itu adalah hal terbodoh kedua yang kulakukan hari ini.


Ketika kereta itu berhenti, itu adalah stasiun jakarta-Kota tujuanku yang seharusnya. Yang seterusnya terjadi adalah kereta ekspress itu berjalan mundur...... mundur terus sampai ke arah Depok!!



intinya saat ini aku sudah sampai di Bekasi dengan selamat, dan masih agak-agak letih karena harus berlari mengejar ekspress kedua dari arah Depok untuk kembali ke Jakarta Kota.
Dari pengalaman ini yang perlu digaris bawahi adalah:
1. Betapa Tuhan memperhatikan aku.
2. Tuhan selalu memberi kesempatan kedua.
3. Dalam kesempatan kedua tidak akan pernah sama.
4. Saat ingin mencapai tujuan dalam hidup kita harus mengejarnya, bukan berdiam diri.
5. Jangan tertidur di kereta api ekspress atau dia akan membawamu kembali.
6. Mengapa pintu kereta hanya terbuka tak lebih dari setengah menit??

Mars Garuda Oranye

MARS GARUDA ORANYE

Bergerak Fisip UI
cerdaskanlah pertiwi
dengan aksi dan diskusi
mari slamatkan negri tuntaskan reformasi
hancurkan segala tirani
mercusuar peradaban
tuntaskan perubahan
majulah, maju FISIP UI...

FISIP!!
F I S I P
F I S I P
GO! F I S I P!
GO! GO! FISIP GO! GO! GO! FISIP GO!
GOOOO FISIIIIP!!

Tidak ada aku di garis finish itu...

hari ini, 18/11/2009 aku membuat keputusan terbesar dalam hidupku.
aku melepaskan seseorang yang kusayangi, dan memberikan kebebasan padanya untuk mencintai orang lain.
dia adalah temanku.
seseorang yang baik, lucu, gendut, dan melankolis-phleghmatis.
namun sayang, betapa dalamnya aku meikirkan dirinya setiap hari
sepertinya tak sejengkalpun dari pikirannya pernah memikirkanku.

aku telah melihat dirinya secara utuh, baik buruk kutahu semua. masa lalunya sudah membuatku mengerti seperti apa sosok dirinya ini, tiap pertemuan membuatku semakin bersemangat untuk menjalani hidup, karena ketika aku bersamanya aku merasa tidak pernah merasakan kesendirian lagi. ketika aku bersamanya, ia membuatku lupa akan segala hal. aku menyukai saat-saat itu, namun semakin dalam rasa ini, semakin dalam pula itu membuatku terpuruk karena aku tahu sampai kapanpun dia tak akan pernah berpaling padaku.
WE ARE JUST FRIENDS.

segala masa lalunya membuatku tahu bahwa ia pernah mencintai seseorang yang saat ini malah berbalik menghujamkan pisau belati dari belakang padanya. aku tak tega. apa yang dialaminya sangat menyakitkan, namun aku tahu bukan dirikulah yang berperan menyembuhkannya. aku tidak sanggup.

untuk itu, sore yang dingin ini aku mengiriminya sebuah lirik dari celine dion THATS THE WAY IT IS, isinya kurang lebih menceritakan tentang seorang yang mencoba membuat seseorang yang dicintainya itu untuk tetap maju mengejar cintanya.
dan itulah yang kini kulakukan.
aku membiarkannya bebas,
bukan bebas,
lebih tepat membiarkannya berlari meninggalkanku, karena selama ini kami tak terikat apapun
yang mengikat kami mungkin saja hanyalah permainan truth or dare, film the proposal, tiket nonton yang masih kupegang, rencana nonton di Djakter, makan di Burger King, dan semua absurb mimpi di dalam buku Laskar Pelangi-nya yang masih kupinjam.
bahkan dirinya mungkin tak pernah tahu bahwa di dalam notes miliknya yang telah ia berikan padaku kini telah penuh tulisan betapa aku selalu memikirkan dirinya kemanapun aku pergi. di dalamnya ada obrolan bersama satu teman asrama yang membahas penuh tentang dirinya.

saat ini,
semoga ia memahami lirik yang kukirimkan itu,
menyadari bahwa ia harus tetap berdiri,
menjadi seorang laki-laki sejati,
dan berlari mengejar mimpi-mimpi.

TAK ADA AKU LAGI YANG ADA DI GARIS FINISH ITU.

Ruang Rindu




Ruang,...

Ada satu ruangan yang selama ini kuhindari. Tempat itu bernama loteng. Ada satu kenangan masa kecil di mana ketika aku nakal, saat ayahku sudah mulai marah, aku naik ke loteng untuk menangis. Ada kalanya mengingat masa kecil itu sungguh terasa suram, namun ketika sekarang ini aku jauh dari rumah, aku merasa sangat merindukan masa-masa dan semua tempat di mana semua kenangan ini berasal. Namun sesungguhnya, tempat yang bernama loteng itu menjadi saksi bisu di mana aku mulai tumbuh menjadi anak yang tegar. Saat aku menangis, kujadikan tembok loteng itu sebagai teman curhat. Aku bisa menulis di tembok-tembok yang hampir semua catnya mengelupas itu dengan bunyi yang sama. "Dear Tembok,..." seterusnya aku menulis segala rasa yang selama ini kupendam. Walaupun sedih mengingat saat-saat aku menangis di pojok sendirian, gelap, dan sepi, aku merasa tembok itu sudah menjadi kawan sejatiku sekaligus tempat aku mengadu. Loteng itu adalah ruang bersejarahku.

Hati manusia sama seperti rumah. Di dalamnya punya banyak ruangan. Dari ruang tamu hingga ruang makan, dari ruang belajar sampai bahkan ruang keluarga. Di dalam ruangan di sebuah rumah pasti punya kenangan-kenangan keluarga yang terpatri di dalamnya. Itulah yang menjadikan rumah dan ruangan itu menjadi hidup. Demikian juga dengan hati manusia. Jiwa manusia itu sama seperti ruangan. Punya banyak bilik, kamar, lorong yang panjang, dalam, sempit, terjal, berliku dan kadang buntu. Di dalam ruangan jiwa itu tersembunyi berbagai hal. Luka, tawa, suka, canda, sedih, pilu, remuk, dendam, cinta, asa, bahkan harapan. Di sanalah segala hal di dunia ini bisa terasa begitu indah, namun bisa juga terasa begitu merana. Semua itu disimpan di dalam sebuah ruangan bernama jiwa...

Lalu, aku mulai bingung dengan semua ini. Aku bertanya kepada jiwaku. Aku bertanya; mengapa setiap manusia yang normal bisa saling mencintai, dan bisa juga saling membenci?
Jiwaku pun menjawab: Itu karena ruang yang dimiliki setiap manusia berbeda.
Orang yang dapat tulus mencintai adalah orang yang mempunyai ruangan yang lapang, bebas, ramah, dan terbuka di dalam hatinya. Ia mampu menampung segala perkara di dalam jiwanya itu, tak peduli apakah pasangannya itu telah menyakitinya berapa kali, telah meremukkannya menjadi berapa kepingan, apabila hatinya punya ruangan yang lebar dan lapang, saat itulah ia bisa tetap tulus mencintai.

Lalu bagaimana bisa ada seseorang yang di sepanjang hidupnya terbiasa mengeluh, suka bersedih hati, dan kadang kala diakhiri dengan bunuh diri?
Jiwaku pun menjawab; itu karena di dalam relung hatinya ia tak punya ruangan lagi. Ia tak mampu lagi menampung segala masalah yang menjumpainya. Ruangan di dalam jiwanya itu pasti sempit sekali, berbatu, berlumut, kadang kala terkunci rapat seakan-akan ia tak mau lagi membukakan pintu itu kepada siapapun. Ia terlalu pasrah dalam hidupnya, dan tak mau lagi mencari-cari masalah dengan membuka tabir ruangannya itu. Terkadang mungkin saja di dalam ruangan yang terkunci itu sudah ditempati monster besar bernama kenangan pahit, rasa sesal, bahkan benci. Mungkin juga ia pernah suatu ketika mencintai seseorang sampai sebegitu dalamnya dan akibatnya saat ini ia tak punya sisa ruangan lagi untuk orang lain. Betapa bodohnya orang itu...

Ada sebuah lagu yang sangat mengena yang kuputar di telingaku, berdengung di dalam isi kepalaku, berdenyut di dalam nadiku yang menjadi ironi pahit yang selalu dilontarkan teman asramaku. Lagu itu berjudul All or Nothing at All, dipopulerkan oleh Westlife.Lagu itu berkisah tentang seseorang yang mempertanyakan tentang status hubungannya dengan pasangannya ini. Ia telah berjuang dengan segala hal agar pasangannya ini mencintainya juga, namun sayang sepertinya pasangannya ini masih terpaku pada sosok lama yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya itu. Di sini ia menekankan si pasangan agar memilih jalan mana yang mau diambil, menyerahkan segenap cintanya, tidak sama sekali, atau mempertegas bahwa selama ini mereka hanya berteman saja.
ALL OR NOTHING AT ALL, OR ARE WE JUST FRIENDS?

Itu menjadi sebuah benang merah tentang apa yang baru saja aku tulis, bagaimana seseorang terkadang bisa menutup dirinya pada hal yang baru, dan seakan berkata kepada orang lain secara tidak langsung yang menyiratkan NO ROOM INSIDE FOR YOU IN MY LIFE.
Menyakitkan...

Jadi, bukalah hati anda kepada siapapun, jangan pikirkan hal lampau yang membuatmu mundur, tapi percayalah bahwa dengan orang-orang baru yang ada di sekitarmu bisa membuat segalanya menjadi lebih baru.








Quotenya Sari...

Quotenya Sari Oktavia:

Semakin masalah menantangku
semakin kesulitan menemaiku
semakin tangis mengampiriku
semakin sakit m,enerjangku
semakin kerikil menghujamku

Aku akan tersenyum dan berkata, "AKU SEMAKIN KUAT".

Maling Tempat Nasi!!!!

Lantai E2 Lantai 2 ricuh!
Masih terlalu pagi untuk pulang kuliah pada pukul 2 siang. Saat aku naik ke lantai 2, ada kericuhan yang tidak biasa. Kak Putri-Sastra Cina FIB 2008-berkoar-koar ke semua penghuni bahwa ia telah kehilangan tempat penanak nasinya. Haduh...
tak hanya itu, semua orang yang awalnya cuman diem-dieman aja mendadak jadi bergosip di ujung tangga. Ada yang bercerita baru saja kehilangan sabun LUX nya yang masih penuhlah, ember lah, bahkan ada juga yang mengaku kehilangan pakaian dalam. Ha Ha Ha.
Tak lama berselang, kak Putri menempelkan sebuah pengumuman dari kertas yang ia tulis pakai tangan yang isinya: BALIKIN TEMPAT NASI GUE. Kocak!

Entahlah siapa yang nyolong tempat penanak nasinya kak Putri, semoga aja bisa ketemu. Buat si Maling kalo baca bog gue ini: LIKE THIS. Hahaha, tengs udah jadi inspirasi gue... Wkwkwk

Janji Bertemu Ibu

Baru jam 11:17 WIB, namun lorong asrama sudah terdengar sepi dari kamarku. AKu lebih banyak mendengar lagunya Jason Mraz feat Collbie Calliat berjudul Lucky.
Lucky I'm in love with my best friend... llallalla

Pikiranku penuh untuk hari esok. Banyak hal yang harus kulakukan besok pagi... Lagi-lagi ketika aku di posisi saat ini, aku mencoba untuk mengingat kata-kata Tomi Rado P. Sinaga: "Biarlah kesusahan hari ini diselesaikan hari ini, dan kesusahan besok diselesaikan besok." Yeah, itu betul. Tapi...

1. Besok aku akan mengahdapi quiz kecil Sosiologi dari 3 bab: Stratifikasi Sosial, Gender dan Jenis Kelamin, serta Kelompok Sosial. Aku harus belajar lagi besok pagi-pagi. Namun sulitnya adalah, tak pernah sekalipun aku bisa menolak untuk tidur lagi karena hawa di Depok akhir-akhir ini terasa sangat dingin.
2. Tiket Kom Nite-ku belum satupun yang terjual.
3. Tugas Pengantar Ilmu Politik belum satupun kuselesaikan.
4. Menanti email balasan dari senior komunikasi 2003 untuk wawancara alumni.
5. Sedang dalam proses penyelesaian 2 makalah besar MPKT: Multikulturalisme dan Polusi Asam: Bahaya Bagi Kelangsungan Biota Laut.
6. Memikirkan seseorang yang baru saja kulepaskan.


Uh, dibalik kesusahan itu semua, ada satu yang spesial yang kunantikan minggu ini. Ini semua karena ibuku yang akan menengokku ke asrama hari Minggu ini. Ahh... setelah sekian lama, akhirnya..
Aku ingin memeluk kedua orangtuaku dengan sangat erat, dan aku ingin menceritakan segalanya kepada mereka. Aku ingin melewatkan hari itu bersama ibuku, dan aku tak mau ada satupun pengganggu.
Ayo cepatlah datang hari Minggu!!

E2-2-21 : My Space!

Kamar asrama tuh sempit banget. Gue baru nyadar sekarang setelah hampir satu semester di sini. Huah, sepertinya aku terlalu membawa banyak barang...
Di dalam kamar seperti biasa ada tempat tidur, lemari pakaian, meja-kursi belajar, dan rak sepatu. Tapi, sejak gue pindah ke kamar E2 lantai 2 no.21 ini isinya semakin bertambah banyak. Baru-baru ini aku menambahkan saru set komputer ke dalam kamar, rice cooker, galon beserta tempat airnya, lampu belajar, buku-buku kuliah yang berat dan tebal, beberapa map yang berisi dokumen registrasi masuk mahasiswa baru sampai dengan ijazah kelulusan SMA. Ada juga name tag dari OKK, PSAF, Spectacomm, sekaligus satu nametag kepunyaan Andhi Suryansyah-seorang teman yang melepas komunikasi UI dan lebih memilih masuk STAN-
Andhi Suryansyah adalah satu di antara banyak teman yang satu perjuangan denganku registrasi awal MABA. Orangnya santun dan lucu, karena kami sama-sama anak daerah aku dan dia biasa bercakap-cakap dengan bahasa Jawa. Sayang sekali, dirinya lebih memilih masuk STAN dan meninggalkan kami semua satu angkatan Komunikasi UI 2009 bersama Artikayara Yunidar untuk belajar di STAN. Hiks... dia adalah teman yang royal, yang akan tetap kujaga sampai kapanpun.

Selain nametag, ada juga agenda harian yang kutempel di tembok bersama poster Harry Potter 6, stiker dan potongan gambar lucu dari majalah, satu otak besar berisi koran, majalah, buku Laskar Pelangi, dan komik Dan Detective School ku yang kutaruh di dekat rice cooker, tempat sampah yang kadang lupa kubersihkan, satu rak kecil tempat piring dan gelas, satu plastik besar beras untuk makan satu bulan, serta tak ketinggalan satu laci penuh dengan hal-hal kecil-aneh-lucu-memorable yang (maaf) tak bisa kutulis di sini. Kalian harus datang langsung untuk melihatnya haha!!

Lalu, aku juga membawa 5 boneka ku yang lucu. Gajah, teddy bear, ladybug, dan bantal hati yang kesemua itu berwarna merah. Mungkin orang-orang yang melihatku di kampus dengan gaya tomboy akan tercengang bahwa di kamarku ada boneka-boneka imut ini. Hehehe..

Di atas meja belajar, sekarang ini masih tersimpan kamera digital punya anak Sosiologi bernama Fasya, salib Yesus dan patung Bunda Maria, Alkitab yang baru-baru ini jadi jarang kubaca, dan di sudut meja ada satu set buku MPKT yang membosankan.

Bagaimanapun, aku menyukai kamarku ini. Di balik jendela saat malam hari, aku bisa melihat pemandangan yang sangat romantis karena diterangi satu cahaya lampu taman yang membuatku teringat seseorang ketika aku terlarut benar.
Jika aku merindukan teman-teman, aku bisa mengingat mereka melalui foto-foto yang kutempel di dinding.

Welcome to my room, Welcome to my life.
E2.2.21 at 6:16 pm, 18/11/2009

Kangen Rumah...


Aku merasa sangat jauh dari rumah. Aku kesepian. Di luar mungkin aku terlihat selalu berada bersama teman-teman, berkumpul dengan temen-teman satu jurusanku, tertawa ceria bersama teman asrama, namun di dalam hatiku terasa kosong. Aku sangat kesepian.
Tidak ada yang bisa mengerti bagaimana payahnya aku sekarang ini, selain diriku sendiri. Aku terisak sepanjang malam mengingat ini semua.
Aku merindukan sesuatu.
Aku merindukan rumahku dan segala hal yang ada di masa laluku...

Sudah hampir satu semester aku berada di kota ini. Sekarangpun aku masih merasa asing. Ada banyak hal yang kujumpai dan menarik untuk dijadikan sebuah inspirasi di dalam cerita, namun tetap saja masih membuatku merasa hampa. Aku masih dalam proses...

Aku masih ingat betul bagaimana gambaran kotaku itu seutuhnya. Semuanya masih terekam jelas di otak ini dan tidak akan pernah terlupakan oleh waktu dan segala hal yang baru sekalipun.

Aku sangat merindukan rumah dan sebuah desa bernama Panjunan. Karena letaknya di sebelah timur, kami menyebutnya Panjunan Wetan. Sebuah desa yang dipenuhi dengan orang-orang dari berbagai macam etnis. Tak jauh dari rumahku, aku bisa melihat buruh-buruh pabrik rokok Djarum mengayuh sepeda mereka ketika aku pulang sekolah, GOR Djarum yang membentang luas seperti benteng yang selalu membuat perasaanku berkecamuk saat mengingat seorang atlet yang pernah belajar di sana. Ada juga supermarket kecil seperti Matahari, Ramayana, yang biasanya penuh saat awal bulan ketika musim gajian, bahkan ADA Swalayan yang selalu mengingatkanku tentang perjalanan menuju rumah sahabatku Yunita Rina Kusumadewi, Abdul Latif, Riza Budi Darmawan, bahkan mengingatkanku akan wali kelasku Ibu Rusmi Lestari ketika dulu aku belajar persiapan untuk Ujian Akhir Nasional.

Rumahku sangat kecil, jika dibandingkan dengan rumah sahabatku Akis Indriana yang berada di puncak bukit bernama Colo. Namun sangat besar jika melihat bahwa di dalam rumah sekecil itu hanya didiami oleh tiga orang saja; Aku, Ayah, dan Ibuku.
Segala hal di dalam rumahku itu, apa saja, masih terekam jelas di kepalaku sekarang ini. Bahkan di mana aku meletakkan tas sekolah terakhirku, sebelum aku berangkat ke Jakarta, masih kuingat betul.
Hatiku menangis. Perih...

Sebuah pasar bernama Pasar Bitingan yang tak jauh dari rumahku, mengingatkanku tentang waktu siang hari yang terik ketika aku mengantarkan ibunda membeli kubis, dan sebuah pondok kecil yang digunakan bapakku untuk bekerja sebagai tukang cukur tradisional. Tak jauh dari sana, ada tempat makan bernama Red Crispy yang biasa kujadikan pelarian saat weekend bersama Arwinda menikmati ayam goreng bumbu, bahkan siomay sekalipun. Aku ingin naik motor Mio-nya Arwinda...

SMA Negeri 1 Kudus terletak di sebelah penyewaan komik bernama Chinmi yang biasanya jadi tempat langgananku membaca detective conan, bus for spring, ataupun miiko sekalipun. Di sebelahnya ada sebuah rumah penduduk yang biasanya kugunakan untuk memarkir kendaraan roda duaku saat aku pergi ke sekolah. Masih terekam jelas bagaimana wajah bapak tua itu, dan anak-anaknya yang tuli. Aku merindukan saat-saat aku bersekolah, naik motor, dan berlari-lari kecil saat satpam hampir menutup pintu gerbang sekolah kami.

SMA Negeri 1 Kudus terbentang elok memadati desa bernama Mlati itu, dan kuingat jelas bagaimana guru-guruku berusaha menjejalkan segala ilmu yang mereka punya untuk murid-murid kelas tiga saat sebentar lagi akan menghadapi ujian. Aku teringat Ibu Hindun Marsiti, guru Sosiologiku yang ceras, dan Guru Favoritku sepanjang masa Bapak Teguh Adi Prasojo yang biasa menggunakan kata-kata ekstrem sewaktu mengajar Kewarganegaraan... Lucu.

Di depan SMA Negeri 1 Kudus, ada depot es juice yang lumayan banyak dipadati murid-murid sepulang sekolah. Aku, Yunita, Akis, dan Adin, bahkan Arwinda Gusviputri sahabatku yang cerdas biasa menghabiskan waktu pulang sekolah kami di tempat itu. Sebenarnya masih ada depot es juice yang lebih enak, tapi letaknya agak jauh, yaitu di dekat SD Cahaya Nur-Tempat Arwinda bersekolah dulu- yang biasa disebit juice CN (Cahaya Nur). Rasa Juice di sana tak akan pernah dikalahkan oleh tempat juice manapun, bahkan Depok sekalipun.

Di belakang SMA, Adiani Rahmawati tinggal di tempat kost yang bernama Melati Inn. Itu adalah markas kami berempat untuk bercanda bersama, saling bercerita, bahkan mengingat saat-saat Adien berulang tahun ke 17 dan kami melemparinya dengan tepung, memori itu membuatku menangis sekarang. Tuhan, betapa aku sangat merindukan teman-temanku...

Satu tempat yang sangat penting selain rumahku adalah Gereja Santo Yohanes Evangelista yang berada di jalan Sunan Muria no.6 yang letaknya bersebelahan dengan SMP Negeri 1 Kudus dan Primagama. Tempat ini adalah tempat paling bersejarah kedua setelah rumahku, di mana dari waktu aku dibabtis, mengikuti sekolah minggu, sakramen khrisma, bahkan saat aku bergabung dengan Persekutuan Doa Santo Rafael yang menjadikanku punya teman-teman yang bertalenta, hebat, dan sama-sama ingin mengenal Yesus Kristus lebih dalam lagi. Mereka adalah Arwinda, Thomas, Harris, Widhie, Hendro, Rudi, Nanik, Andi, Evan, Ivana, Natalie, dan semua anggota PD Rafael yang biasa melakukan ibadat mingguan di hari Jumat pukul 7 malam di belakang gereja.
Juga ada Romo Koko yang selalu aku nanti saat misa harian di pagi hari. Bagaimana kabarnya sekarang? Ingin rasanya berlari dari Depok ini, dan di pagi-pagi yang dingin sudah berada di dalam gereja bersama Arwinda untuk misa pagi seprti biasa...
Mereka semua telah meninggalkan cerita yang luar biasa dan aku boleh merasakan sukacita itu sampai dengan detik ini.

Namun, bagiamanapun,
Perih membayangkan bahwa aku tidak berada di sana sekarang. Perih benar, jika teringat kedua orangtuaku, teman-temanku, masakan ibuku, orang-orang hebat yang berpengaruh pada hidupku,tempat-tempat ajaib dalam hidupku, dan memori 18 tahun itu...

Jika ada satu kesempatan mendatang,
aku pasti akan pulang,
membawa satu harapan,
di mana aku bisa mengubah masa depan,
memotivasi banyak hal,
jika aku bisa pulang,
kupeluk mereka semua.
ERAT.
Tidak akan kulepaskan.


08 November 2009,

Siska.




Gonna Blue

gonna blue...

where do you go when you lonely?
where do you go when you blue?
where do you go when you lonely, and there I found you...
the stars go blue...

the corrs.

Goes to Kom Nite 2009

saat ini kami tengah disibukkan oleh agenda komunikasi ui yang sangat padat. baru berselang beberapa minggu setelah acara Grandlaunching, kami dihadapkan pada KomNite: Electricity Your Future yang akan berlangsung tanggal 21/11/2009 di Green Resto & Lounge Kemang no. 25 Jakarta Selatan.

di dalam acara Kom Nite itu, akan menampilkan Kom Boys dan Kom Dance persembahan dari angakatn 2009.
Kom Boys itu terdiri dari Ulo, PT, Sangka, Mugal, Winchan, Rado, dan Awan. Sedangkan Kom Dance terdiri dari Mepet, Rossi, Present, Tri, Firda, dan Ngana.

Mereka telah bekerja keras untuk menampilkan yang terbaik untuk Kom Nite nanti, begitu juga dengan kerja keras manager mereka Lodel dan Neil.

Beberapa kali aku melihat mereka latihan tiap malam, melihat banyak kantung mata gelap di wajah PT dan Rado,
kelelahan menyambut Sangka dan semua anak-anak Kom Boys dan Kom Dance lainnya.
Semoga, kerja keras mereka ini terbayarkan dengan applaus yang meriah saat pentas nanti. Bagaimanapun aku juga tak mau kalah dengan Winchan yang juga ketua angkatan PSM Paragita dan Komunikasi UI 2009, aku harus bersemangat menjual tiket itu agar banyak orang bisa menontonnya.

Go! Go! Komunikasi UI 2009! We can!!

Gaun Buat Cewek Tomboy....


Kom Nite tinggal menghitung hari, tiket Kom Nite yang harusnya udah kejual masih lengkap di tangan. Bingung, mau jualin tiket dulu atau cari gaun yang pas buat Kom Nite ntar. Bingunggg!!
untungnya hari ini 17/11/2009 pra-pekom ditiadakan. Jadi sepulang kuliah gue bisa nyuci bentar dan agak siangan mau cari gaun ke ITC Depok sama Tiffany. Sayangnya, berhubung Tiffany jadi supporter di Kom UI Cup Bulungan, nggak jadi ikut belanja bareng. Alhasil, gue juga ketinggalan rombongannya anak Kober: Setir, Tribun, Jeli, dan Kina yang belanja bareng di Mangga Dua, duh jaoh amaaat!!
Intinya, gue belanja ke ITC Depok sendirian. Dengan bermodal uang cepek, gue harus dapet tuh gaun dan aksesoris yang eye catching, mencolok mata, electric mode on, glow, dan bisa juga bling-bling yang futuristic.

Yang gue yakini adalah, belanja sendirian itu kegiatan yang sangat tolol. Pertama, tidak ada yang akan memberikan komentar (Uh, kapan ya aku bisa belanja bareng pacar?), dan yang kedua tidak ada yang diajak ngobrol. No offense, gue tetep lanjut cari baju bermodalkan terus keep contact sama rombongan anak Kober yang udah setengah jalan di stasiun Jakarta Kota.
Gue ini termasuk cewek yang tomboy. Bayangin deh, biasa-bisanya cewek tomboy macem gue beli gaun. Haduh, itu nggak banget. Kalo berdandan mungkin oke, hmm.. tapi sumpah ya gue nggak tahu gimana penampilan gue ntar ketika pakai gaun. Alhasil setelah lama banget nyari yang pas, elegan, sesuai dress code, dapatlah gaun yang menurut gue lumayan, ehem, mahal, tapi gue suka. WARNANYA UNGU!! (Dikara pasti bilang: JANDA BANGEETT!! No offense deh!)

Trus gue mikir lagi, iya ya, gue ini cewek. Pernah sih terbersit dalam pikiran untuk satu hari saja berdandan a la cewek, pakai sepatu cewek, pakai aksesoris cewek, dan rupanya waktu itu sebentar lagi... di Kom Nite!
Sayangnya nggak akan ada satu keluarga gue yang lihat gue pakai gaun warna ungu kilat ini, dan nggak akan ada teman special yang bakal hadir. Humm..

Baru bernapas lega karena bisa menawar gaun dengan harga paling minim, gue mikir lagi. Kayaknya ada yang kurang... Iya, mulai deh kringet dingin. Jadi cewek tuh ribet, gue belom dapet sepatu, tas tangan, aksesoris, bandana, kosmetik, ahhhh pusing!! Gue nggak akan ngluarin duit buat hal-hal absurb beginian lagi.
Jadi, malam itu dengan uang yang semakin menipis dapatlah satu gaun cantik berwarna ungu, dan satu buah tas tangan berwarna perak (akhirnya mendapat pinjaman flat shoes bling-bling dari Grace. Oh oh tengkyu Grace!!).

Jadi yang mau gue bilang adalah:
1. Jadi cewek tuh harus pintar menawar barang yang mau dibeli. (Setiap orang sepertinya terkesima dengan cara nawar gue yang maut abis. He He)
2. Jangan pernah belanja sendirian, apalagi jika ketemu orang di jalan dan itu seniormu, parahnya kau lupa namanya. Itu kualami ketika ketemu kak Tiara, dan kusapa dengan Kak Uche. Kayaknya dia bad feel gitu sama gue. Hiks...
3. Siapkan uang pas, jangan tergoda untuk membeli barang yang kurang penting.
4. Tahu barang ap ayang kamu beli, dan sesuaikan dengan budget yang kamu punya.
5. Jika punya pacar ajak saja dirinya untuk belanja bersama. It will be romantic gals! Ha Ha sayangnya aku nggak punya.


Engga Setiawan: Goes to Canada.

Suatu ketika, aku pernah mengontak Setiawan Engga-si atlet cabang bulutangkis yang pernah kusukai.
Anehnya, aku tidak merasakan apa-apa lagi. Semuanya terasa datar.
Lucu, jika kuingat betapa dulu aku sangat memujanya, dan memenuhi isi otakku dengan segala hal tentang dirinya.
Sekarang hubungan kami terasa lebih asik, akhirnya toh dia tahu bahwa aku pernah menyukainya, namun itu tak berdampak apapun. Apa mungkin karena sudah terkadaluwarsa? Ha Ha Ha.
Mungkin jawabannya adalah waktu. Waktu memberikan jawaban kepada kami untuk menjalin hubungan sebatas sahabat saja, dan ternyata itu lebih asyik.
Sekarang ini rupa-rupanya dia akan segera pindah ke Kanada. Ketika aku bertanya untuk apa dia pindah ke sana, dia hanya menjawab singkat bahwa di sana ada banyak hal yang harus ia lakukan dan ada banyak hal yang bisa ia dapatkan. Aneh juga kupikir, di mana rasa nasionalisnya yang dulu menggebu-gebu membela Indonesia untuk memenangkan Thomas Cup?
Ini semua kembali lagi kepada materi. Aku mengerti semuanya klise, tapi biarlah. Toh ini bukan jalan hidupku.
And then I just wanna say GOOD BYE, If you miss all your friends in Indonesia you know place you can get back...
GO Enggara!!

17 November 2009

25 Hal Yang Pasti Kulakukan Saat Aku Bisa Pulang Ke Rumah di Liburan Semester Depan:

1. Tidur di kamarku bersama ibuku tersayang, bercerita sampai larut malam, dan tertidur di sampingnya. I really miss you mom ;'(

2. Makan masakan ibuku yang paling lezat di dunia. Tanpa ku minta pun, beliau pasti tahu apa saja makanan favoritku. Aku menunggu hari itu bersama segelas es jeruk yang segar yang biasa kunikmati di atas atap rumah.

3. Main ke rumah tetangga. Bergosip.

4. Mencuci motor kesayangan, menservisnya ke bengkel, karna aku akan bersiap untuk touring!

5. Secepat mungkin mengontak Arwinda Gusviputri untuk menemaniku jalan-jalan!

6. Secepat mungkin mengumpulkan anak-anak A.S.A (Akis Adien Yunita) karna kami akan berpariwisata ke Jogjakarta!

7. Menonton film-film favoritku sepanjang masa: Just Like Heaven dan Kungfu Panda yang sangat kurindukan, kemudian menonton kira-kira 30 kaset DVD baru yang telah kubeli di Depok. It's time to the movie!!

8. Datang ke Persekutuan Doa Santo Rafael, bertemu anak2 PD yang kurindukan; Thomas, Harris, Andi, Lusi, Nanik, Evan, Ivana, dan kumpul bareng untuk latihan PD. I really miss this memory!!

9. Meminjam dvd kepunyaan Thomas dan Widhie sebanyak mungkin.

10. Melanjutkan les gitar bersama Widhie Wiweko Widjaja yang sempat tertunda.

11. Berkunjung ke rumah mas Ony Kristianus dan Patricia H. Kartika beserta menjenguk sepasang hamsternya yang lucu-lucu.

12. Berkunjung ke Paroki, mengobrol bersama Romo Koko ^^ Like This.

13. Bersama Arwinda dan A.S.A makan siomay-batagor (masehi), Red Crispy, Es Juice Cahaya Nur.

14. Main bulutangkis bersama anak-anak PD di GOR Djarum Kaliputu. Pelampiasan terbesarku yang harus kulakukan.

15. Berfoto box bersama Arwinda dan A.S.A yang sebelumnya belum sempat kami lakukan bersama.

16. Main ke rumah A.S.A satu demi satu, ke rumah Arwinda Gusviputri untuk bermain bersama Nero, dan ke rumah Evan&Ivana yang baru saja punya baby... aih, aku dan Winda jadi tante lagi!!

17. Meminjam komik Miiko milik Arwinda Gusviputri.

18. Makan jagung bakar bersama A.S.A, Arwinda, dan teman-teman Kosmik (Ratih, Erike, Ine, Yudith, Marcelina, Yunita, Maryline)

19. Menyiapkan acara bedah kampus Universitas Indonesia di SMA Negeri 1 Kudus bersama alumni.

20. Melewatkan satu minggu yang kosong, tanpa beban, tanpa pikiran, di rumah saja bersama Bapak dan Ibuku.

21. Melewatkan sebagian waktu berkumpul bersama teman-teman SMA; XII IPS 3, dan Kliwir Community...

22. Berkeliling Kota Kudus saat malam hari bersama arwinda Gusviputri dan bertukar cerita tentang banyak hal.

23. Bermalas-malasan, dan menjadi diriku yang seperti dulu lagi. Melakukan apapun yang aku sukai.

24. Jika masih ada waktu, ingin melewatkan tahun baru di kota Ambarawa, berkeliling Ambarawa, ke Gua Maria kErep Ambarawa, dan berwisata Kuliner.

25. Mempersiapkan liburan yang lebih seru dan berwarna di kota Yogyakarta.

26. Mengisi SIAK-NG dengan program studi Ilmu Komunikasi; Jurnal Cetak!!! Selanjutnya memilih mata kuliah yang asik, dosen pembimbing yang asik dan tidak pelit memberikan nilai.

27. Saat benar-benar waktuku telah habis, aku akan kembali pulang ke Depok. Tapi rasa-rasanya memikirkan hal itu adalah hal terakhir yang akan kulakukan.


Membayangkan semuanya ini, membuatku sedikit terhibur dengan apa yang kualami sekarang. Semoga waktu ini cepat berlalu, sehingga aku bisa cepat pulang.

AKU HANYA INGIN PULANG.



Analogi Ruang

Analogi Ruang
Ada satu ruangan yang selama ini kuhindari. Tempat itu bernama loteng. Ada satu kenangan masa kecil di mana ketika aku nakal, saat Bapakku sudah mulai marah karena aku nakal, aku naik ke loteng untuk menangis. Ada kalanya mengingat masa kecil itu sungguh terasa suram, namun ketika sekarang ini aku jauh dari rumah, aku merasa sangat merindukan masa-masa dan semua tempat di mana semua kenangan ini berasal. Namun sesungguhnya, tempat yang bernama loteng itu menjadi saksi bisu di mana aku mulai tumbuh menjadi anak yang tegar. Saat aku menangis, kujadikan tembok loteng itu sebagai teman curhat. Aku bisa menulis di tembok-tembok yang hampir semua catnya mengelupas itu dengan bunyi yang sama. "Dear Tembok,..." seterusnya aku menulis segala rasa yang selama ini kupendam. Walaupun sedih mengingat saat-saat aku menangis di pojok sendirian, gelap, dan sepi, aku merasa tembok itu sudah menjadi kawan sejatiku sekaligus tempat aku mengadu. Loteng itu adalah ruang bersejarahku.
Hati manusia sama seperti rumah. Di dalamnya punya banyak ruangan. Dari ruang tamu hingga ruang makan, dari ruang belajar sampai bahkan ruang keluarga. Di dalam ruangan di sebuah rumah pasti punya kenangan-kenangan keluarga yang terpatri di dalamnya. Itulah yang menjadikan rumah dan ruangan itu menjadi hidup. Demikian juga dengan hati manusia. Jiwa manusia itu sama seperti ruangan. Punya banyak bilik, kamar, lorong yang panjang, dalam, sempit, terjal, berliku dan kadang buntu. Di dalam ruangan jiwa itu tersembunyi berbagai hal. Luka, tawa, suka, canda, sedih, pilu, remuk, dendam, cinta, asa, bahkan harapan. Di sanalah segala hal di dunia ini bisa terasa begitu indah, namun bisa juga terasa begitu merana. Semua itu disimpan di dalam sebuah ruangan bernama jiwa...
Lalu, aku mulai bingung dengan semua ini. Aku bertanya kepada jiwaku. Aku bertanya; mengapa setiap manusia yang normal bisa saling mencintai, dan bisa juga saling membenci?
Jiwa pun menjawab: Itu karena ruang yang dimiliki setiap manusia berbeda.
Orang yang dapat tulus mencintai adalah orang yang mempunyai ruangan yang lapang, bebas, ramah, dan terbuka di dalam hatinya. Ia mampu menampung segala perkara di dalam jiwanya itu, tak peduli apakah pasangannya itu telah menyakitinya berapa kali, telah meremukkannya menjadi berapa kepingan, apabila hatinya punya ruangan yang lebar dan lapang, saat itulah ia bisa tetap tulus mencintai.
Lalu bagaimana bisa ada seseorang yang di sepanjang hidupnya terbiasa mengeluh, suka bersedih hati, dan kadang kala diakhiri dengan bunuh diri?
Jiwa pun menjawab; itu karena di dalam relung hatinya ia tak punya ruangan lagi. Ia tak mampu lagi menampung segala masalah yang menjumpainya. Ruangan di dalam jiwanya itu pasti sempit sekali, berbatu, berlumut, kadang kala terkunci rapat seakan-akan ia tak mau lagi membukakan pintu itu kepada siapapun. Ia terlalu pasrah dalam hidupnya, dan tak mau lagi mencari-cari masalah dengan membuka tabir ruangannya itu. Terkadang mungkin saja di dalam ruangan yang terkunci itu sudah ditempati monster besar bernama kenangan pahit, rasa sesal, bahkan benci. Mungkin juga ia pernah suatu ketika mencintai seseorang sampai sebegitu dalamnya dan akibatnya saat ini ia tak punya sisa ruangan lagi untuk orang lain. Betapa bodohnya orang itu...
Ada sebuah lagu yang sangat mengena yang kuputar di telingaku, berdengung di dalam isi kepalaku, berdenyut di dalam nadiku yang menjadi ironi pahit yang selalu dilontarkan teman asramaku. Lagu itu berjudul All or Nothing at All, dipopulerkan oleh Westlife. Lagu itu berkisah tentang seseorang yang mempertanyakan tentang status hubungannya dengan pasangannya ini. Ia telah berjuang dengan segala hal agar pasangannya ini mencintainya juga, namun sayang sepertinya pasangannya ini masih terpaku pada sosok lama yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya itu. Di sini ia menekankan si pasangan agar memilih jalan mana yang mau diambil, menyerahkan segenap cintanya, tidak sama sekali, atau mempertegas bahwa selama ini mereka hanya berteman saja.
“ALL OR NOTHING AT ALL, OR ARE WE JUST FRIENDS?”
Itu menjadi sebuah benang merah tentang apa yang baru saja aku tulis, bagaimana seseorang terkadang bisa menutup dirinya pada hal yang baru, dan seakan berkata kepada orang lain secara tidak langsung yang menyiratkan NO ROOM INSIDE FOR YOU IN MY LIFE.
Menyakitkan...
Jadi, bukalah hati anda kepada siapapun, jangan pikirkan hal lampau yang membuatmu mundur, tapi percayalah bahwa dengan orang-orang baru yang ada di sekitarmu bisa membuat segalanya menjadi lebih baru.

Selalu Ada Kesempatan Kedua

Hari ini aku menyadari benar bahwa di dalam hidup ini masih ada kesempatan kedua. Aku menyadarinya ketika dalam perjalanan pulang ke Bekasi naik kereta api ekspress pukul 16.30 dari stasiun UI. Sejujurnya ini adalah kereta api ekspress perdanaku. Bukan karna ingin menikmati ekspress atau apa, tetapi lebih karena aku dikejar waktu. Di dalam pikiranku hanyalah betapa aku ingin bisa cepat sampai. Jadi kubelilah tiket seharga 9000 rupiah ini.
Tak berapa lama, the polar ekspress itu tiba. Cepat-cepat aku berjalan menuju gerbong, dan kutanya lagi pada seseorang wanita paruh baya-memastikan bahwa ini benar-benar kereta ekspress dari pakuan Bogor- Namun, ia malahan bersikeras bahwa ini kereta ekonomi AC. Dia memperlihatkan tiketnya padaku, dan aku ragu.
Kubalik badan dan berlari-lari kecil ke arah bapak-bapak penjaga stasiun itu. "Iya itu ekspress." katanya. Oke, aku siap naik.
Tetapi, apa yang kemudian terjadi adalah pintu kereta itu tertutup. Oh Tuhan... Aku ketinggalan kereta...

Pernahkah dirimu merasa ada saat-saat yang baik untuk menerima hal-hal baik namun tidak kau sadari sebelumnya, dan malahan kau membiarkannya saja?
Itulah yang kurasakan kemarin, betapa gondoknya ketinggalan kereta karena kebodohan kecil yang membuatku harus menunggu 30 menit kemudian.

30 menit kemudian kereta ekspress terakhir itu datang dan aku bergegas masuk. Syukurlah, i'm inside! Dari waktu itu aku sepakat untuk menulis tentang hal ini, sejujurnya kesempatan kedua pasti akan ada. Namun, kejadian dan waktu tidak akan pernah sama.

Petang itu kuhabiskan di dalam kereta ekspress dengan mengecat kuku dan mendengarkan musik. Lalala~~~ tidak kupikirkan lagi hal-hal yang buruk hari ini. Aku hanya ingin menikmati kesempatan kedua dan tertidur di dalam kereta.

Kereta berhenti perlahan.
Aku masih mendengarkan musik.
Itu adalah hal terbodoh kedua yang kulakukan hari ini.


Ketika kereta itu berhenti, itu adalah stasiun jakarta-Kota tujuanku yang seharusnya. Yang seterusnya terjadi adalah kereta ekspress itu berjalan mundur...... mundur terus sampai ke arah Depok!!



intinya saat ini aku sudah sampai di Bekasi dengan selamat, dan masih agak-agak letih karena harus berlari mengejar ekspress kedua dari arah Depok untuk kembali ke Jakarta Kota.
Dari pengalaman ini yang perlu digaris bawahi adalah:
  • Betapa Tuhan memperhatikan aku.
  • Tuhan selalu memberi kesempatan kedua.
  • Dalam kesempatan kedua tidak akan pernah sama.
  • Saat ingin mencapai tujuan dalam hidup kita harus mengejarnya, bukan berdiam diri.
  • Jangan tertidur di kereta api ekspress atau dia akan membawamu kembali.
  • Mengapa pintu kereta hanya terbuka tak lebih dari setengah menit??