18 April 2010

Saat Ibuku Sakit...

18 April 2010


Hari ini adalah hari yang paling akan kuingat seumur hidupku, dan pada hari inilah untuk SEKALI LAGI aku mengingat bahwa Tuhan selalu memberikan rencana indah dan bukan rancangan kecelakaan di dalam hidupku dan keluargaku.

Jadi, aku akan mulai bercerita tentang kepulanganku ke Tambun, Bekasi...

Hari itu panas, berawan, dan aku sampai ke rumah kakak keempatku pada pukul satu siang setelah sekian lamanya aku harus menunggu kereta jabotabekku mogok dan gagal berangkat. Aku masuk ke dalam rumahnya yang rindang itu kemudian aku beristirahat sebentar.


Aku tidak tahu sebenarnya apa maksud permintaannya padaku untuk datang ke rumahnya di akhir pekan itu. Jadi, setelah benar-benar merasa hommy barulah aku tahu apa maksud kehendaknya. Ia ingin menceritakan sesuatu...

Yuni mengambil napas dalam-dalam dan kemudian berkata,

"Ada yang harus kusampaikan padamu. Bisa jadi ini berita buruk, tapi tenang saja semuanya tidak apa-apa sekarang," katanya.

"Apa maksudmu?" tanyaku dalam, masih senyam-senyum tidak jelas.

"Ibu sakit. Kakinya patah."

Hening.

30 Maret 2010, adalah hari ketujuh sepeninggalan besan orangtuaku. Sebagai besan yang baik, ibuku harus berada di Ambarawa—tempat kakakku yang pertama tinggal bersama keluarga dan mertuanya—. Di hari itulah ibuku jatuh terpeleset di kamar karena genangan air yang berasal dari atap yang bocor akibat hujan semalam. Sejenak aku membayangkan bagaimana kejadian itu berlangsung, di mana saat ibuku terpeleset kakinya menendang tembok dan kemudian patah. Parahnya, tiada seorangpun yang tahu kejadian ini karena semua orang sibuk berada di dapur untuk menyiapkan makanan sampai 5 menit kemudian, keponakanku yang bernama Happy (anak dari kakak pertamaku) pulang dari sekolah dan mendapati neneknya (atau ibuku itu) jatuh terpeleset. Aku kembali membayangkan bagaimana keadaan saat itu yang sudah sangat ricuh, ditambah dengan kejadian ini, bagaimana Happy terpaksa berlari mencari tukang pijat di dekat rumah sedangkan yang lain berusaha menenangkan ibuku dengan memberi macam-macam obat dan pertolongan pertama. Yuni bilang saat itu Ibu terlihat pucat.

Sebenarnya Yuni dan keluarganya belum berada di Ambarawa saat itu, ia masih dalam perjalanan dari Yogyakarta menuju Ambarawa. Setelah sms aneh yang menerangkan yang kesemua smsnya bernada sama : SUDAH SAMPAI MANA? Ia tidak mendapati Ibuku dan kakakku di rumah ketika ia sampai karena waktu itu Ibuku sudah dilarikan ke tukang urut terdekat di SALATIGA.

Aku belum berhenti menangis sampai cerita ini, yang ada tangisku semakin menjadi-jadi.

Aku tidak bisa membayangkan ibuku dengan pergelangan kakinya yang terluka kemudian harus digotong ke angkot dengan segala kepayahan dalam perjalanan dari Ambarawa sampai Salatiga. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kesakitan yang luar biasa ketika suatu ketika mobil itu melewati jalanan yang curam, berliku, menanjak, dan berbatu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya itu.

Sesampainya di sana beliau harus menunggu untuk beberapa waktu sebelum pada akhirnya tukang urut handal itu datang dari kondangan, merawatnya, sampai kemudian dipastikan harus menginap selama 5 malam di Salatiga dengan kaki bengkak, kamar sel yang penuh dan lembab, serta ironisnya melewatkan Paskah tahun ini dengan terbaring sakit.

Bagian yang paling menyedihkan adalah hanya aku saja yang belum tahu akan hal ini. Semua anggota keluargaku bersekongkol dan berkonspirasi atas permintaan Ibuku agar mereka berjanji tidak memberitahuku kejadian ini. Dengan alasan waktunya belum pas, karena saat itu aku sedang berkonsentrasi dengan tugas-tugas kuliahku yang penat, ia tak ingin membuat pikiran putrinya ini menjadi kacau.

Jadi, pada hari inilah aku tahu kebenaran itu. Kebenaran dari sebuah kenyataan yang pahit bahwa aku tidak bisa berada di sana, di samping orangtuaku untuk menjaganya saat ia sakit, kebenaran bahwa selama ini mereka berpura-pura dan menjadikan realita ini seperti opera sabun dan menutupi kebohongan ini.

Aku menangis sampai tidak bersuara ketika aku mendapati ini semua. Air mataku mungkin sudah kering karenanya.

Aku tidak marah karena semua keluargaku berbohong tentang kondisi Ibu yang sebenarnya, yang mereka lakukan semata-mata demi kebaikanku juga. Aku hanya marah, muak, kesal, dan tidak berguna atas diriku sendiri. Jadi, selama ini aku tidak tahu, aku tidak bisa berbuat apa-apa, dan aku tidak bisa berada di sana untuk menemani orangtuaku. AKU ADALAH ANAK YANG TIDAK BERGUNA.

Di saat aku menelepon ibuku untuk mengatakan padanya bahwa aku sudah tahu semuanya, yang bisa kulakukan hanya menangis. Aku sangat kagum pada Ibuku yang masih begitu tegar dan di saat sakit seperti itu beliau masih bisa menghiburku dengan berkata bahwa dirinya baik-baik saja, sehat, dan berkata padaku untuk tidak terlalu mencemaskan dirinya.

Ya Tuhan, seberuntung itukah aku karena mendapatkan orangtua sebaik ini? Pantaskah aku mempunyai Ibu seorang malaikat seperti dirinya??

Aku mengingat-ingat ketika setiap pagi aku menelepon orangtuaku seperti biasa, yang kudengar dari mulutnya adalah KAMI SEHAT DAN BAIK-BAIK SAJA. Ibuku bahkan tidak mau aku mencemaskan beliau lagi karena ia sedang dalam masa pemulihan dan di bulan Juni nanti gips yang membalut kakinya itu akan dilepas dan ia akan sehat serta dapat berjalan kembali.

Melalui catatan ini aku ingin menyampaikan beberapa hal,

Pertama, aku merasa diriku tidak berguna. Kedua, aku bersyukur kepada Tuhan karena sangat mencintai keluarga kami dan memberikan kami cobaan di masa Pekan Suci menjelang Paskah tahun ini sehingga aku merasakan benar Paskah tahun ini sangat berharga bagi kami karena kami bisa saling mengasihi sekalipun dalam masa sakit dan pencobaan. Ketiga, aku bersyukur karena banyak sekali saudara dan teman yang sangat mencintai keluarga kami, merawat Ibuku, dan membantu kami semua dalam keadaan sulit. Keempat, aku merasa bersyukur karena mempunyai malaikat, dan malaikat yang dikirimkan Tuhan padaku adalah Ibuku sendiri. Kelima, aku menjadi ingin waktu cepat berganti sehingga aku bisa cepat pulang untuk menemui orangtuaku dan memeluk mereka eraaaattt...

I miss you so badly, Mom and Dad.

Get well soon, Mom. I really love you.

Sorry that I can't stand beside you, but I promise this summer I will go home as quick as I can.


Your daughter,

Siska.

Surprise Oh Surprise!

Hari ini bangun seperti biasa, dengan mata masih agak terpejam, aku berjalan mendekati meja belajar untuk menghentikan alarm yang belum juga berhenti berdering. Kemudian aku ingat, hey... aku hari ini berulang tahun!

Kucari handphoneku, dan kulihat betapa banyak sms yang memenuhi kotak pesan. Alamakk.. semuanya memberiku ucapan selamat ulangtahun ke 19, hahahaha senangnyaa..

Kemudian, tak berapa lama Calvin, tetanggaku yang baik hati datang untuk memberiku ucapan selamat ulang tahun juga. Tak kusangka dia memberiku hadiah. Hadiahnya adalah berupa kertas kado bergambar babi yang terlilit oleh pita kuning. Aku tidak tahu apa maksudnya, namun yang pasti ketika aku membuka pita itu, lemberan-lembaran itupun jatuh. Lembaran-lembaran yang kumaksud itu adalah sebuah surat ucapan ulang tahun yang ditulis dengan sangat konvensional, ditulis dengan menggunakan pensil, serta menyebutku dengan nama Rasis. Lembaran yang satu lagi adalah pecahan uang 50 ribu rupiah yang masih halus dan masih baru. Hahahaha, entah mengapa dia memberiku hadiah ini, yang jelas ini adalah kado paling aneh dan paling unik karena sama saja halnya aku diberi angpao oleh saudara-saudaraku. Hehehe, but thanks anyway...

Setelah pagi itu, ucapan lewat sms berbondong-bondong datang dari segenap teman, rekan, dan beberapa kawan lama. Senang rasanya diperhatikan banyak orang dan mereka memberiku doa-doa yang berbeda.

Siang harinya terlewat begitu saja karena hari ini aku harus kuis SSI dan yang membuatku shock pagi ini adalah ketika Koordinator Fakultas KUKSA FISIP yang bernama Albertus Gregory S yang hari ini juga berulangtahun, meneleponku dan berkata : "Sis, dompet kakak hilang."

OMG. Aku tidak tahu bagaimana itu berawal, kasihan sekali dirinya harus kehilangan dompet beserta segala isinya dari mulai kartu kredit, SIM, STNK, KTP, KTM, dan lain-lain di hari spesialnya ini. Sungguh keterlaluan ia harus mendapati ini semua.

Walaupun di satu sisi aku benar-benar merasa kasihan padanya, di satu sisi aku senang. Bukannya aku tertawa atas penderitaan orang lain atau apa, namun aku benar-benar tahu ada rencana Indah Tuhan di balik itu semua. Jadi, kuingatkan ia betapa Tuhan sangat menyayanginya. Dengan cobaan ini kurasa ada berkat-berkat tersembunyi yang akan Tuhan berikan ganda sebagai kado ulang tahunnya.

Karena peristiwa kecopetan itulah ia tidak bisa datang rapat bulanan KMK UI di Wisma SY karena akan mengurus beberapa surat penting terkait kartu identitasnya itu. So, aku tetap datang ke Wisma SY untuk berjumpa dengan temen-teman KMK yang banyak memberiku ucapan selamat ulang tahun juga. Namun tanpa Albert.

Aku sangat bersyukur pada Tuhan karena memiliki teman-teman yang sayang padaku. Tak cukup hanya itu, di akhir rapat KMK UI, Zhalala Larasati (Psiko 06) memberiku kue ulang tahun mungil dan lucu. Waaa aku senang! Sayangnya Albert tidak ada di sini. Kadiv Litbang yang bernama Renata Raissa (Psiko 07) ternyata juga membawakan 2 kue ulang tahun yang sama. Berhubung Albert tidak ada, jadi kumakan semuanyaaaa HAHAHAHA, so sorry Albert!

Belum cukup semua itu, Tuhan membawakan aku kembali kado-kado lucu yang diberikan temanku Dikara Kirana, Aldila Berdapaningtyas, dan Sari Oktavia serta 4 buah roti mungil yang lain. Oke, aku sudah cukup kenyang dengan makan roti-roti itu malam ini yang mungkin akan membuatku gendut. Hehehe...

Anyway, terimakasih buat Tuhan karena sangat baik kepadaku, orangtua, saudara, dan teman-temanku semuanya.

Aku terharu dengan perhatian yang kalian berikan. Semoga ke depannya aku bisa lebih bertanggung jawab terhadap umurku yang sudah tua ini, lebih dapat mengaktualisasikan diriku lagi pada banyak peran, semoga di masa yang akan datang aku bisa membalas kebaikan kalian semua.

Waaa.. selamat datang 19!!

8 April 2010

19

29 Mei 2010
Okay, selamat Sis! UASmu sudah selesai jiahahaha XD senang! Then, hari ini adalah hari pertama liburanku setelah UASku benar-benar selesai. Agak lega juga sih karna sekarang aku tinggal menatap 3 bulan ke depan mau ngapain sedangkan beberapa temanku seperti Arwinda (Widya Mandala University), Calvin (Politik 09), Dedi (Kimia 09), Tuning (Teknik Industri 09) bahkan masih UAS dan mereka mengambil Semester Pendek di bulan Juni.
Hari ini bahkan aku sudah pindahan dari Kornelius ke rumah kakakku yang ada di Tangerang. Aku transit sebentar di tempat ini sekitar satu atau dua hari sebelum pada akhirnya nanti aku pulang ke Ambarawa. It’s such like dreaming akhirnya aku bisa pulang ke rumah. HHH sebenarnya tidak pulang ke rumah sih, karena rumahku ada di Kudus, yaaahh… tahulah, masalah perawatan Ibuku lah yang menjadikan aku harus pulang ke Ambarawa. I really miss my family more than I can say…
Oke, jadi hari ini dibuka dengan tidur kedinginan di kamarnya Calvin dan semalam aku tidur ditemani Jenni (Sastra Indonesia 08). Demi apa Tuhan semalam adalah malam yang panjang karena pada akhirnya aku menceritakan semua hal mengenai perasaanku pada seseorang, ehmm… You-Know-Who lah padanya. I think she was a good listener. Akomodasi percakapannya pun mampu melihat sisi lain dari seorang You-Konow-Who itu. Tapi ya sudahlah yaa.. semuanya sudah selesai dan bahkan aku tidak ingin lagi mendengar namanya disebut. ENOUGH.
Jadi, aku mengirim sms ke banyak orang hari ini. Ada beberapa teman lama bahkan menanyakan bagaimana kabarku. Senangnya diperhatikan banyak oraaang!!! Aku mulai dengan sms Kara (Sastra Jepang 06), Nurul (Komunikasi 09), Neil (Komunikasi 09), serta anak-anak KMK UI yang akan jalan-jalan berefreshing-day ria di Jakarta Kota besok pagi… YAY!!
Aku meninggalkan Kira (my roommate) di kamarnya, setelah makan siang bersama dengan Jenni juga dan aku harap semoga liburannya 3 bulan ini menyenangkan. Aku juga harus mengingatkan diriku sendiri untuk tidak lupa mengambil bajuku di tempat laundry bulan depan. Haha repot banget yaa :D
So, now I’m here. In Tangerang city. Thanks berat untuk teman-teman yang tidak pernah sepi untuk menanyakan bagaimana kabarku, dan terimakasih untuk kakakku Mas Budi, iparku Mba Atik, serta Andre yang mau menerima kedatanganku dengan kehangatan… Hampir menyentuh feels like home aku rasa…
Andre tumbuh sangat besar sekarang, tak habis pikir nafsu makannya dahsyat sekali. Kamar yang kutempati sekarangpun sangat nyaman. Aku suka tinggal di sini!! Aku mengendus niat baik mereka untuk memperbaiki giziku hehehe..
At least but not least, secara total hari ini cukuplah menyenangkan. Terimakasih Tuhan atas segalanya… I LOVE YOU!

4 April 2010

Dilematis Melankolis

Tahukah kau bagaimana rasanya ketika sahabat sejatimu ternyata juga menyukai orang yang kau kasihi?

pernahkah kau mengalaminya?

aku pernah, dan sekarang kurasa aku telah mengalaminya...

Menurutku laki-laki ini memang pantas diperebutkan oleh banyak perempuan. Dia cerdas, pintar, dan taat dalam agama. Beruntungnya aku boleh mengenal dirinya secara lebih personal karena kami adalah satu teman kosan dan agamanya juga sama denganku.

Sementara itu, perempuan yang telah menjadi sahabatku hampir satu tahun ini juga merupakan perempuan yang pintar, menarik, dan kurasa dia bisa mengambil hati banyak orang.

Entahlah, kurasa aku yang salah telah memulai ini semua, aku yang salah karena aku diam saja sementara gebetanku sepertinya juga disukai oleh sahabatku sendiri.

Aku pernah mengalami hal ini dua kali. Ini adalah kali kedua di mana aku berada pada posisi yang serba salah. Aku bodoh.

Aku adalah tipikal perempuan yang kaku, bisa dikatakan aku ini sangat membosankan dan tidak asik. Mungkin hanya orang-orang yang mengenalku secara personal sajalah yang pasti lebih tahu sifat asliku seperti apa. Namun, aku seakan-akan menjadi orang lain ketika bersama laki-laki ini. Aku menjadi pendiam dan bahkan tidak bisa mencari topik yang tepat ketika kami dihadapkan pada situasi yang kondusif untuk berdua saja.

Sementara aku dengan polosnya bersikap nothing to lose pada laki-laki ini, kurasakan perempuan yang selama ini kupercaya menjadi sahabatku rupa-rupanya memendam perasaan yang sama.

Kami menyukai orang yang sama.

Entahlah, rasa-rasanya aku merasa dihadapkan pada situasi yang sulit.

Di satu sisi aku ingin bisa menarik perhatian laki-laki ini. Sementara itu di lain pihak aku malah menggiring dan membawa diriku pada permasalahan yang rumit.

Sebenarnya sih tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan ini semua, aku sangat percaya pada sahabatku bahwa dia tidak akan pernah melakukan hal yang buruk kepadaku, toh yang jelas permasalahan yang paling besar bukan ini. Ada satu masalah lagi yang lebih pelik.

Orang yang kusukai itu sepertinya lebih ingin mengabdikan diri kepada gereja dan pelayanan. Ia sangat suka beribadah dan keinginannya yang paling besar adalah menjadi seorang pastor untuk menggembalakan umat Katolik.

Itu adalah cita-cita terindah yang pernah kudengar dan entah mengapa hatiku menjadi sesak ketika mendengar pernyataan ini dari mulutnya.

Jadi, teman perempuanku ini bukanlah rivalku yang utama, karena laki-laki yang kusukai saat ini telah memilih lebih dahulu untuk menjadi mempelai Yesus.

Rasanya sangat sesak mengetahui kenyataan yang sangat pahit.

Ada dua hal yang datang pada saat yang tiba-tiba dan kesemuanya itu adalah realita, nyata, dan entah mengapa aku tidak bisa menerima kenyataan itu.

Malam ini, aku menulis dengan perut agak mual dan badanku terasa panas. Kurasa aku akan jatuh sakit. Salah, sepertinya memang aku sedang sakit.

Lima belas menit sebelum aku menulis ini semua aku hanya bisa menggenggam handphoneku erat-erat dan menelepon orangtuaku yang nan jauh di sana berharap masih ada yang mau mendengarku di tengah malam buta seperti ini. Aku tidak tahu sekarang siapa lagi yang bisa kupercaya. Aku seakan-akan kehilangan buku telepon dan aku tidak tahu lagi ke mana aku bisa pergi. Bukan pergi sih, lebih tepatnya melarikan diri.

Jadi, pagi hari pukul 1:50 pm aku berdoa pada Tuhan, aku berharap ia mampu mengobati luka-lukaku.

Namun, jika ini semua adalah kehendak Tuhan yang membiarkan ini semua terjadi padaku,

aku merasa sangat bersyukur karena aku mengalami pengalaman pahit ini di minggu pertama Pekan Suci 2010. Di Pekan Suci ini aku jadi menyadari bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang bisa kuandalkan.


Jadi aku berkata padamu,

Tuhan adalah satu-satunya yang bisa kauandalkan setiap waktu. Tuhan adalah pendengar yang baik, hanya Tuhan yang selalu ada di saat kau membutuhkannya.

Hanya Tuhan kawan, hanya Tuhan...


Wisma Kornelius, Barel

Lantai 1 No.10

1:52 pm


Siska menulis.

Makna Paskah yang Tidak Terlewatkan

Cerita Tentang Merayakan Hari Paskah dengan Cara Yang Berbeda

Suasana Paskah yang sejati menurutku adalah ketika dalam Pekan Suci (seminggu sebelum paskah) dulunya kupikir adalah ketika aku bisa berkumpul bersama seluruh keluargaku. Kami biasa merayakan Ibadat Kamis Putih, Jumat Agung, Malam Paskah, dan Minggu Paskah bersama-sama yaitu di kota kelahiranku, Kudus. Itulah kiranya Paskah yang afdol karena kami bersama-sama pergi ke gereja, mengucap syukur kepada Tuhan karena dengan pengorbananNya yang utama di kayu salib telah menyucikan kami kembali dari dosa dan rahmatNya senantiasa ada di dalam keluarga kami.

Namun sayang, Paskah 2010 tak bisa kurayakan dengan cara yang sama seperti 18 tahun belakangan ini.

Paskah tahun ini aku jauh dari rumah. Tahun ini aku sudah masuk kuliah mendekati semester kedua, dan untuk pertama kalinya dalam hidup aku tidak merayakan Paskah bersama seluruh keluarga besarku.

Menyedihkan...

Hari libur memang tersedia, namun hatiku seakan tidak mantap untuk pulang Kudus beberapa hari saja. Terlebih jarak antara Kudus-Depok memakan waktu 10 jam lamanya dengan naik bus malam. Waaa... TIDAKK… aku tidak akan mengambil resiko mabuk di jalan dan kecapekan parah.

Untuk itu, masa-masa Pekan Suci ini kuhabiskan di rumah kakak keduaku di daerah Kalideres, Tangerang. Ia dan keluarganya tidak pulang ke rumah sewaktu Paskah tahun ini oleh karena itu aku bisa merayakan Paskah ini bersama mereka. Kurasa ini adalah saat yang tepat untuk perbaikan gizi hehhe ^^,

Agar rasa rindu akan orangtua dan kota kelahiran terobati, rupa-rupanya kakakku tahu apa yang aku pikirkan. Yap tepat sekali... Makanan hahahah :D

Seusai misa Jumat Agung dan Malam Paskah kami lewatkan dengan makan bersama di rumah. Ipar perempuanku memang hebat dalam memasak sehingga paling tidak kerinduanku akan masakan rumah agak terpenuhi. Selain itu di sana aku mendapatkan banyak barang darinya, mulai dari installan game yang bagus sampai dengan lampu tidur untuk kosan. Hahaha aku senang sekali :D

Sementara itu, orangtuaku beserta kedua kakak perempuanku dan keluarga mereka masing-masing melewatkan masa-masa Paskah di kota Ambarawa yang lumayan sejuk, dan HUJAN. Tapi kupikir-pikir terus melewatkan serangkaian misa Paskah tanpa diriku pasti bukanlah hal yang mudah, mereka pasti kesepian karna tidak ada aku si pembuar onar ini hahahahha :D

Serangkaian Misa Jumat Agung dan Malam Paskah ini aku mengucap syukur karena aku bisa merayakan Paskah di Gereja Maria Kusuma Karmel, Meruya bersama kakak laki-lakiku, bersyukur atas tahun rahmat Tuhan yang selalu menyertai keluarga dan orangtuaku.

Aku mengucap permohonan kecil agar tahun depan aku bisa melewatkan Paskah bersama keluargaku di Kudus kembali. Tahun depan aku ingin pulang untuk merayakannya bersama mereka.

Akhir, lewat tulisan ini aku ingin berterimakasih dan bersyukur kepada Tuhan, walaupun aku tidak pulang ke Kudus untuk merayakan Paskah bukan berarti aku sendirian. Terimaksih atas berkah yang melimpah Paskah ini lewat kakakku dan keluarganya. Aku senang melewatkan sebagian besar liburanku bersama mereka.


Twist:


Andre (keponakan usia 11 tahun) dan Aku (tante berusia 19 tahun kurang 4 hari)


Andre: sudah punya pacar belum??

Aku: belum. napa emang?

Andre: aku sih udah punya,

Aku: hah?!

Andre: makanya gaol, jangan belajar mulu.

Aku: (...)


---Paskah ini aku dinasehati oleh keponakanku yang bahkan masih bersekolah di SD. What a wonderful Easter hohoho --"

Turis vs Petugas Portir=Kurcaci vs Planet

Cerita di atas kereta
Hari itu 4 April 2010. Minggu siang yang terik aku pulang ke Depok naik KRL Ekonomi AC dari arah Stasiun Jakarta Kota. Sesampainya di stasiun Manggarai dua orang penumpang baru masuk ke gerbong kereta kami. Keduanya adalah turis asing perempuan yang tingginya hampir menyentuh 180 cm, memakai kain batik Indonesia dan mereka sama-sama membawa dua travel bag yang digendong di punggung mereka. Setelah pintu kereta itu tertutup, keduanya segera menyesuaikan diri dengan kepadatan yang ada di dalam gerbong. Satu di antara yang dua duduk santai di atas travel bagnya itu dan memasang headphone ke telinganya untuk memutar musik. Turis Eropa satunya juga melakukan hal yang demikian namun bedanya ia kini tengah sibuk membaca sebuah buku yang tentu saja berbahasa Inggris (Hehe).
Aku mengamati orang-orang yang di dalam gerbong kesemuanya mengarahkan pandangan kepada kedua orang turis asing ini. Apa sih yang aneh pikirku? Mereka kan juga manusia... Aneh.
Belum cukup para penumpang melihat dua turis ini yang seakan-akan mereka punya belalai di wajah mereka, kini para penumpang menatap mereka erat-erat karena salah satu turis itu berbicara bahasa asing yang kudengar bukan aksen Inggris atau Amerika.
Baru setelah petugas portir itu lewat di gerbong kami untuk mengecek tiket kami pertanyaan itupun terjawab.
Petugas KRL ekonomi AC yang tingginya mungkin hanya mencapai pundak kedua turis ini protes karena kedua turis ini mempunyai tiket yang salah. Tiket mereka adalah Ekonomi seharga 1500 perak, dan mereka berada di kereta yang tidak tepat. Aku mendapati kelucuan dalam percakapan ini.
Bapak petugas portir itu memakai aksen Betawi untuk menjelaskan kepada kedua European Lady ini bahwa tiket mereka salah.
"You two, wrong ticket wrong ticket." kata si petugas karcis.
Kedua wanita ini tentu saja bingung, dan mulai berbahasa lain selain bahasa Inggris.
Mereka bercakap-cakap dengan bahasa kurcaci, sedangkan petugas ini memakai bahasa planet.
Yang menjadi perhatianku adalah walaupun keduanya sama-sama tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain, para turis ini kulihat mengangguk-angguk tanda setuju-setuju saja.
Aku bingung. (Garuk-garuk)
Percakapan tiga orang ini telah menjadi percakapan publik. Kini semua orang yang ada di dalam gerbong tahu kalau turis ini salah masuk gerbong kereta. Baru beberapa detik aku ingin berdiri dan nekat mencoba menengahi dengan bahasa Inggrisku yang terbatas, aku keduluan orang lain.
Seorang wanita muda paruh baya kemudian mengambil alih percakapan ini dan mulai berkata keras-keras:
"Sorry miss, can I help you?"

Syukurlah, percakapan ini membuahkan hasil. Wanita muda paruh baya itu menjelaskan bahwa kedua turis ini salah masuk gerbong kereta dan keduanya harus membayar denda. Namun, kulihat kedua turis ini berubah mimik mukanya setelah dimintai hal ini dan kemudian malah memutuskan untuk turun dari gerbong bersama travel bagnya yang berat.

Huah... hari yang aneh. Ada-ada saja hari ini,
yang menjadi pikiranku sekarang ini adalah sudah sepatutnya kita penduduk Indonesia belajar bahasa Inggris sebagai bahasa International. Oh come on, ayooo dong open minded, sampai kapan kita mau begini terus...

Untuk bapak petugas portir tiket, belajarlah di LBI Universitas Indonesia, agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Peace heheh