10 Februari 2010

Mbah Madi

Liburan semester satu yang lalu gue habisin di sebuah kota bernama Ambarawa. Sekadar info saja, Ambarawa adalah sebuah kota di kabupaten Semarang. Hawanya sangat sejuk dan masih bernuansa pedesaan. Ambarawa adalah kota di mana kakak pertama gue dan keluarganya tinggal. Rumah mereka sama halnya seperti dengan pondok di villa, yang jika kita menengok ke belakang, kita bisa melihat pegunungan, sawah, dan semua hal yang masih berbau 'desa'.
Hari itu, sedang tidak ada kerjaan, aku dan keponakanku yang bernama Natalia hanya bermain di teras rumah. Saat itu kami bertemu dengan kakek yang baik hati bernama Mbah Madi.

Mbah Madi adalah tetangga kami, dia bekerja sebagai petani di sawahnya. Umurnya bisa dibilang sudah uzur, hampir 70 tahun. Namun raganya masih kuat, dan ia masih sanggup untuk bekerja di sawah setiap hari, menanam tumbuhan dan merawat peliharaannya.

Dialah penyelamat hidupku ketika aku hampir mati tenggelam kurang lebih delapan tahun yang lalu.

Long time ago, when I was young and crazy...
saat itu adalah hari paling cerah di musim kemarau. Dengan polosnya, gue dan Natalia pergi ke sawah untuk bermain-main. Mungkin saat itu Lia masih duduk di bangku SD kelas tiga SD, sedangkan aku sudah di kelas 6. Kami berdua bermain di pematang sawah. Berlari-lari kecil mengejar capung, menangkap kodok, dan semua itu kami lakukan dengan segenap kepolosan hati.
Akulah yang pertama kali melihat sebuah benda aneh. Benda itu adalah bohlam lampu yang mengambang di sungai. Waw, lucu sekali pikirku. Lalu, tanpa pikir panjang aku meraih batang kayu dan kuarahkan ke bohlam lampu itu.

Apa yang terjadi?

Aku tercemplung.
Sulit bagiku untuk menceritakan hal ini kembali. Hampir aku menelan penuh air di sungai yang kukira dalamnya hanya berapa cm, dan saat itu aku masih pendek sehingga sungai yang dalamnya hampir 2 meter itu membuatku hampir mati.

Lalu, datanglah Mbah Madi itu. Kusadari ia turung untuk menyelamatkanku. Dia tentu saja bisa berenang, dan ia meraih tubuhku dan membaringkan di tanah.
Untungnya kondisiku tidak parah. Aku masih bisa melihat, dan kusadari bajuku semuanya basah dan berwarna lumpur.

Oh Tuhan, kulihat keponakanku berwajah pucat karena melihat tantenya yang ceroboh ini hampir mau mati. Mbah Madi kemudian menyuruh kami pulang cepat, dan ia sendiri yang berjanji bahwa tidak akan membicarakan hal ini kepada orangtuaku.

Kami kemudian terbirit-birit pulang, masuk lewat pintu belakang yang langsung tembus kamar mandi, dan saat itu baju yang kupakai benar-benar kotor.
Malamnya, saat aku dan Lia beranjak tidur bersama, kami berdua terbahak-bahak karena peristiwa tadi siang yang benar-benar memalukan. Hahaha
Terimakasih Tuhan, karena mengirimkan penyelamat yang baik hati bernama Mbah Madi Hehehe (*v*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar