12 Juli 2010
Hai, apa kabar dunia! Liburan akhir semester II ini perlahan namun pasti mulai berjalan, berputar, dan aku tahu ada saatnya untuk mengakhiri semua ini dan akan memulai segalanya dari awal lagi. Hidupku pun seperti itu rasanya. Setelah berlama-lama memikirkan bagaimana menyembuhkan luka di hati, berpetualang, mencoba segala hal yang baru, menggenapi to do list di saat liburan, kini aku sudah mempersiapkan diriku dengan sungguh untuk memulai perjalanan hidupku yang baru. Life must go on, dan aku tahu sekarang, sebuah motivasi kuatku dan passion yang benar-benar kutemukan dalam diriku berkata: If I am not writing today, maybe I will die…
Apa ya, yang mau kutulis sekarang? Mungkin aku akan mereview hal-hal kecil yang tentu saja akan kulihat dari sudut pandangku.
Pertama, aku mempunyai 6 keponakan dari keempat kakak kandungku yang sudah berkeluarga. Keponakan tertuaku bernama Lia dan kini tengah duduk di bangku kelas III SMA. Happy, adiknya kini juga tengah masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Waw, hari ini adalah hari pertamanya masuk SMP!
Keponakanku yang lain berjenis kelamin laki-laki. Ada Andreas yang duduk di bangku kelas 6 SD, Lintang, kelas 2 SD, Aulia, kelas 1 SD, dan Rhui TK Besar. Semua keponakanku (khususnya laki-laki) tergolong kategori keponakan yang bandel. Hehehe, susaaaah sekali untuk diajak belajar. Apalagi di waktu liburan ini mereka maunya maiiiiin muluuu. Apalagi si Lia itu malah sudah punya pacar sekarang (Ha! Aku saja tak punya! - -“). Kesempatan untuk menghabiskan liburanku bersama mereka membuatku berpikir banyak hal. Antara lain adalah mengenai pendidikan yang kini tengah mereka kecap. Sebagai seorang tante yang baik hati, tidak sombong, dan sayang kepada keponakan ini, aku punya mimpi besar untuk ikut serta membiayai pendidikan mereka kelak. Sebagaimana keempat kakakku membiayai sekolahku dari SD sampai kuliah kini, demikianlah aku ingin sekali membalas kebaikan mereka dengan cara yang sama. Aku sangat memperhatikan pendidikan dan proses belajar dari keponakan-keponakanku itu. Setiap ada kesempatan aku melihat mereka belajar, di situlah aku hadir. Walau tidak terlalu sering ikut campur, diam-diam aku memperhatikan bagaimana mereka belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Sebut saja Lia. Dia adalah sosok siswa yang cerdas di SMAnya. Berbeda denganku, ia lebih memilih IPA sebagai jurusannya. Dia entah mengapa sangat menyukai sains, hitung-menghitung dan rumus. Kurasa alangkah baiknya jika di jenjang universitas nanti ia bisa masuk ke Fakultas Kedokteran atau Teknik. Kurasa itu sangat cocok untuknya daripada harus mengikuti saran dari orangtuanya (yaitu kakakku) yang lebih menginginkan dia masuk ke STAN (Sekolah Tinggi Administrasi Negara). Lain Lia, lain pula dengan Happy. Kurasa kedispinannya masih tergolong rendah sebagai siswa SMP. Kalau dibandingkan denganku saat SMP dulu, jauh sekali perbedaannya. Aku rasa, jika kedisipliannya itu lebih ditingkatkan dan tidak suka menunda-nunda pekerjaan sekolah, bukan tidak mungkin ia akan menjadi siswa yang cerdas pula seperti kakakknya. Mengingat prestasinya lumayan bagus saat hasil UAN SD kemarin dibagikan karena mendapat angka 10 di mata pelajaran Matematika.
Sementara itu, Andreas yang kini naik ke kelas 6 SD, rupanya mengalami banyak kesulitan dalam mengingat sesuatu, dan daya tangkapnya harus diolah lagi. Aku tahu, jika ia sebenarnya mampu, tapi alagkah lebih baik jika nafsu untuk bermain PlayStation dan GTA itu agaknya dikurangi, mengingat ini adalah kelas terakhirnya di Sekolah Dasar. Ia harus lebih insentif berlatih soal dan mengurai bermain games. Lintang, Aulia, dan Rhui masih kulihat potensi besar ada di dalam diri mereka. Mereka pintar! Mungkin jika sedari dini lebih teratur dalam kedispinan dan tidak terlalu banyak main PS seperti Andre, keponakan laik-lakiku ini bisa lebih baik. Aulia sangat tertarik dengan pelajaran olahraga. Ia menyukai sepak bola. Sedangkan Rhui adalah anak kecil yang kritis. Ia mampu mengingat segalanya dengan baik. Sementara itu Lintang sangat menuruni potensi Ayahnya untuk mencoba dan belajar segala sesuatu yang baru.
Aku senang punya banyak keponakan yang lucu-lucu, pintar, dan menggemaskan. Yang lebih membuatku terharu adalah ketika aku dijadikan contoh oleh kakak-kakakku bagi anak-anaknya. Jika ada masalah mengenai pelajaran, kuliah, nilai, atau apapun entah mengapa selalu aku yang menjadi ukuran, dan standar. Ah, senangnya… Kadangkala aku iseng dan usil pada mereka. Kukatakan banyak hal yang sebenarnya kurekayasa dengan dalih agar mereka mau belajar dengan rajin. Walau dijadikan panutan seperti ini, aku masih merasa diriku ini belum apa-apa. Siapa sih Tante Tika? Tante Tika bukan apa-apa keponakanku… Tante Tika musti banyak belajar di semester yang akan datang dan tidak membiarkan IP turun bebas lagi seperti semester yang lalu. Walau senang bisa dijadikan panutan, perasaan kecil yang timbul karena IP turun semester ini cukup mengganggu juga. Tapi selebihnya, hal ini akan Tante jadikan motivasi untuk bisa lebih baik lagi di semester yang akan datang. Doain Tante Tika ya, Lia, Happy, Andre, Lintang, Aulia, Rhui…!!! Ayo semangat belajarnya biar bisa masuk UI heheheh!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar