19 Desember 2010

TERANG

Minggu. 19 Desember 2010

Hari ini saya tidak pergi ke gereja. Ah Tuhan, saya kan mau ujian. Begitu kata saya sore tadi. Saya melihat tumpukan koran rubrik olahraga yang belum dibaca dan dianalisis untuk tugas paper. Saya melihat bahan ujian besok yang menggunung tinggi, memanggil-manggil untuk dibaca. Saya si manusia tegar tengkuk, tidak pergi ke gereja.

Akhir-akhir ini banyak hal yang mengganggu pikiran saya. Semuanya berputar-putar dalam satu poros. Poros itu sendiri sangat pelik, mencoba untuk menyingkirkannya di otak ini malahan membuat saya lemah. Karena hal itu membuat saya sedih, maka saya biarkan saja. Saya tahu, kini poros itu semakin besar, menyerempet banyak masalah lain, dan ibarat salju, kristal itu sudah berubah menjadi snow ball. Saya si manusia tegar tengkuk, punya masalah sebesar snow ball.

Saya sudah mengurangi intensitas saya menulis blog. Poros masalah itu seakan mematikan ide saya untuk menulis. Hampir tidak ada ide, pikiran ini hampir mati. Teman-teman saya semua memiliki kesibukan masing-masing dan mereka tidak mau repot-repot meluangkan waktu untuk mendengarkan saya. Mau ngajak ketemu, aja susahnya.. saya paham hal itu. Bukan salah mereka kalau sibuk dan tidak bisa bertemu, sayanya saja yang tidak ada pekerjaan sehingga mengusik kehidupan banyak orang. Ini adalah salah saya. Tidak seharusnya saya mengganggu kesibukan mereka. Saya si manusia tergar tengkuk harusnya bisa mandiri.

Dengan langkah gontai, saya mulai beres-beres kamar yang sudah seperti kapal pecah. Lalu saya berpikir, mengapa saya masih berada di tempat ini sekarang…? Bukankah Natal sebentar lagi? Di mana semangat Natal itu? Di mana cahayaaaaa itu? Saya tidak merasakan apa-apa di sini. Segalanya gelap. Ah Tuhan, ini tidak adil. Tidak ada satupun sms masuk, tidak ada telepon dari rumah. Apakah keluarga saya tidak merindukan saya saat ini? Mengapa mereka tidak menghubungi saya? Di mana mereka? Di mana teman-teman saya? Di manakah mereka saat ini, ketika saya membutuhkan mereka? Mengapa ujian akhir semester harus di saat Natal seperti ini? Mengapa? Mengapa? Mengapa?

Banyak pertanyaan itu semakin membuat mood saya semakin buruk hari ini. Dengan gontai (lagi), baru kali ini saya tidak ingin Natal itu tiba. Kekecewaan melingkupi saya dan meredupkan semangat itu.

Lama, saya duduk di lantai. Memakai topi Santa Klaus.

Saya diam, dan tiba-tiba air mata yang panas itu mengalir di pipi saya. Saya terisak.

Saya membenci saya di minggu terakhir sebelum Natal ini. Saya membenci diri saya seutuhnya karena selama ini saya selalu mengandalkan diri saya sendiri. Saya tidak melibatkan Tuhan dalam setiap pekerjaan dan kegiatan saya. Perasaan saya sangat terluka akan kejadian-kejadian buruk yang belakangan ini saya alami. Terbangun karena mimpi buruk tiap malam, sudah menjadi hal biasa. Bengong sendiri di kelas, mungkin sudah biasa juga. Apa mungkin semangat saya benar-benar padam? Di manaaa Tuhan saat ini? Di mana?

Malam ini, saya merasakan kehangatan itu kembali saat Tuhan memanggil saya untuk berdoa. Kapan ya terakhir saya berdoa? Saya membuat tanda salib, namun bukannya berdoa, yang terjadi adalah saya terisak lagi. Malam ini saya mengadu. Malam ini saya bercerita padaNya, saya memintaNya untuk mendengarkan saya.

“Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan. Dan pendengaranNya tidak kurang panjang untuk mendengar.” Yesaya 59.

Saat terisak itu, yang ada di pikiran saya hanyalah keluarga saya di rumah, dan teman-teman saya di PD Santo Rafael. Betapa saya sangat merindukan mereka semua. Merindukan orang-orang yang mencintai saya seutuhnya, orang-orang yang menerima kekurangan saya. Saya ingin lepas sejenak dari kepadatan kuliah dan organisasi. Saya muak dengan hal ini. Namun saya tahu, ini semua adalah kewajiban.

Saya ingin pulang. Saya ingin pulang, Tuhan… bawa saya pulang…

***

Saudara-saudaraku yang terkasih. Pengalaman iman dicintai Tuhan pasti berbeda-beda dalam hidup anda dan saya. Tuhan tidak hanya hadir di dalam gereja atau kapel. Tuhan tidak akan berdiam di situ saja.

Tuhan itu ada di hati saudara dan saya.

Sekali lagi, panggilan untuk percaya akan kehendak Tuhan, menanggapi panggilanNya, kembali saya rasakan. Bukan seberapa jauh saya pergi, namun yang penting adalah seberapa jauh saya pergi, Tuhan punya cara untuk memanggil saya kembali.

Jika saat ini, anda masih ragu mau pergi ke mana, selalu mencari kesenangan untuk menghibur jiwa anda yang sepi, mendapati teman-teman anda tidak seramah seperti biasanya, atau kegagalan selalu di depan mata anda, percayalah akan kata-kata saya bahwa anda memerlukan Tuhan dalam hidup anda. Tuhan hanya sejauh doa, kawan.

“Pada waktu Aku berkenan, aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” 2 Korintus 6

Selamat hari Minggu, saatnya membersihkan dan menyiapkan diri untuk kedatangan Tuhan! Natal itu ada, di hatimu. Tak peduli seberapa jauh kau dari rumah. Saya si manusia tegar tengkuk, sudah bertobat... XD

“Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.”

Yoh 1:5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar