Aku tahu, ini semua hanyalah masalah waktu. Aku percaya hanya waktulah yang bisa menjawab semua pertanyaan hatinya. Hanya waktu yang bisa membuatnya maju, hanya waktu yang bisa membuatnya yakin bahwa hidupnya sangat berharga, hanya waktu yang bisa membuatnya melupakan masa lalunya, dan hanya waktu yang bisa membuatnya tahu bahwa bagaimanapun ia sekarang, apapun yang ia lakukan, suatu saat nanti ia tahu bahwa aku akan selalu ada di sini untuk mendukungnya. Bahwa ada aku di sini yang memikirkannya, dan hanya waktu yang bisa membuat segala harapanku menjadi nyata; yaitu suatu saat nanti ia akan memberikanku sebuah ruang di hatinya.
Aku hanya orang biasa yang tidak bisa mempercepat waktu. Aku ada di posisi yang serba salah. Aku ada di posisi yang tidak tepat. Ada banyak pemikiran yang membuatku untuk mundur, ada banyak pertimbangan sehingga aku berpikir untuk meninggalkannya, merenung sebuah kalimat : "Apakah ia pantas untuk dipertahankan?" atau menggantinya dengan kalimat, "Seberapa pentingkah dirinya sehingga harus kupertahankan sedemikan rupa?"
Namun, aku telah mencoba. Jawabanku adalah TIDAK. Aku tidak akan meninggalkannya.
Seberapa besar keinginanku untuk mundur, untuk melupakannya, jauh lebih besar keinginanku untuk bersamanya, membantunya, dan menjaganya. Aku tidak jauh memikirkan bahwa ini semua akan berhasil. Aku tidak punya kuasa untuk itu. Namun yang pasti adalah aku tahu apa konsekuensi yang kuterima nantinya. Entah dia akan berpaling padaku atau tidak, ataukah ia akan kembali pada orang yang ia cintai atau entahlah... aku tidak mau memikirkannya saat ini. Yang pasti aku hanya ingin keberadaanku diakui. Aku ingin ia menyadari bahwa aku ini ada, hidup, dan ADA.
Rasis menulis.
Aku hanya orang biasa yang tidak bisa mempercepat waktu. Aku ada di posisi yang serba salah. Aku ada di posisi yang tidak tepat. Ada banyak pemikiran yang membuatku untuk mundur, ada banyak pertimbangan sehingga aku berpikir untuk meninggalkannya, merenung sebuah kalimat : "Apakah ia pantas untuk dipertahankan?" atau menggantinya dengan kalimat, "Seberapa pentingkah dirinya sehingga harus kupertahankan sedemikan rupa?"
Namun, aku telah mencoba. Jawabanku adalah TIDAK. Aku tidak akan meninggalkannya.
Seberapa besar keinginanku untuk mundur, untuk melupakannya, jauh lebih besar keinginanku untuk bersamanya, membantunya, dan menjaganya. Aku tidak jauh memikirkan bahwa ini semua akan berhasil. Aku tidak punya kuasa untuk itu. Namun yang pasti adalah aku tahu apa konsekuensi yang kuterima nantinya. Entah dia akan berpaling padaku atau tidak, ataukah ia akan kembali pada orang yang ia cintai atau entahlah... aku tidak mau memikirkannya saat ini. Yang pasti aku hanya ingin keberadaanku diakui. Aku ingin ia menyadari bahwa aku ini ada, hidup, dan ADA.
Rasis menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar