Jadi, saat ini aku sedang mengalami desolusi-yaitu sebuah hubungan yang bisa dikatakan rumit dengan seseorang-karena sebuah kesalahpahaman dan diwarnai sedikit kemunafikan yang pada akhirnya menyebabkan kisah hubunganku ini ibarat air dan minyak yang tidak mungkin disatukan lagi. Aku suka dia, tapi aku juga sangat membencinya sampai titik darahku mendidih.
Bercerita mengenai hal ini kepada keponakanku yang notabene adalah anak kelas dua SMU jurusan IPA membuat sebuah analogi baru (sekali lagi) dalam perjalanan hidupku setelah analogi cinta dan sakit gigi.
Analogi ini disebut dengan air, minyak, dan pengemulsi. Kita semua tahu bahwa ketika air bertemu dengan minyak, mereka tidak akan bisa bertemu, apalagi menyatu (blend). Seperti itulah hubunganku kini dengan seseorang, karena sedikit salah paham, bumbu kemunafikan, dan kurangnya keterbukaan serta tidak adanya penerimaan diri, kondisi persahabatan dan hubungan kami ibarat minyak dan air yang tidak bisa mungkin lagi disatukan. Konon, kata keponakanku ini hanya ada satu cara untuk membuat dua zat ini mungkin bisa menyatu yaitu dengan memberi sebuah zat lain yang bernama pengemulsi (antara lain air sabun).
Analogi ini muncul ketika kami saling bertukar cerita mengenai kehidupan kami masing-masing dan apa saja yang telah kami lakukan sampai saat ini bersama dengan teman dekat kami. Ketika ia berkata, “Sepertinya kalian membutuhkan sebuah pengemulsi…” ide itu membuatku tertawa dan kemudian aku menulis mengenai kisah ini. Aku cukup senang bahwa ternyata kehidupan percintaan dan persahabatanku sangatlah berwarna dan berapi, aku bertekad untuk memberikan pengemulsi-pengemulsi lain di dalam hidupku. Aku harap hal itu belum terlambat, karena aku sangat menyukai dia dan memikirkan dirinya sampai hari ini membuatku ingin mati saja rasanya karena sangat menyakitkan memiliki perasaan yang dalam namun hancur seperti ini. Aku harap ia membaca tulisan sampah ini dan mengerti paling tidak apa yang sedang kupikirkan sekarang.
Hey, that’s true… that I’m waiting for you now.
Waiting the unpredictable thing. Please don’t hanging me at this dark feeling. Please let me know that you’ll take me from this situation. You’re done!
Bercerita mengenai hal ini kepada keponakanku yang notabene adalah anak kelas dua SMU jurusan IPA membuat sebuah analogi baru (sekali lagi) dalam perjalanan hidupku setelah analogi cinta dan sakit gigi.
Analogi ini disebut dengan air, minyak, dan pengemulsi. Kita semua tahu bahwa ketika air bertemu dengan minyak, mereka tidak akan bisa bertemu, apalagi menyatu (blend). Seperti itulah hubunganku kini dengan seseorang, karena sedikit salah paham, bumbu kemunafikan, dan kurangnya keterbukaan serta tidak adanya penerimaan diri, kondisi persahabatan dan hubungan kami ibarat minyak dan air yang tidak bisa mungkin lagi disatukan. Konon, kata keponakanku ini hanya ada satu cara untuk membuat dua zat ini mungkin bisa menyatu yaitu dengan memberi sebuah zat lain yang bernama pengemulsi (antara lain air sabun).
Analogi ini muncul ketika kami saling bertukar cerita mengenai kehidupan kami masing-masing dan apa saja yang telah kami lakukan sampai saat ini bersama dengan teman dekat kami. Ketika ia berkata, “Sepertinya kalian membutuhkan sebuah pengemulsi…” ide itu membuatku tertawa dan kemudian aku menulis mengenai kisah ini. Aku cukup senang bahwa ternyata kehidupan percintaan dan persahabatanku sangatlah berwarna dan berapi, aku bertekad untuk memberikan pengemulsi-pengemulsi lain di dalam hidupku. Aku harap hal itu belum terlambat, karena aku sangat menyukai dia dan memikirkan dirinya sampai hari ini membuatku ingin mati saja rasanya karena sangat menyakitkan memiliki perasaan yang dalam namun hancur seperti ini. Aku harap ia membaca tulisan sampah ini dan mengerti paling tidak apa yang sedang kupikirkan sekarang.
Hey, that’s true… that I’m waiting for you now.
Waiting the unpredictable thing. Please don’t hanging me at this dark feeling. Please let me know that you’ll take me from this situation. You’re done!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar